Jumat, 14 Maret 2025

Naluri Dalam Nafasku

Kicaunya bertanya setiap fajar
Tiba dalam terbitnya mentari pagi 
Daku melihatnya nan indah seperti lukisan
Bukan indahnya fajar yang bersinar dalam bumi

Angkasa bintang malam menitip pesan untukmu 
Daku tahu dalam keypad bersuara selamat pagi
Mungkin fajar menjemput kiasan bahasanya kasih 
Nafas terhirup tanpa terhitung penuh syukur

Sekumpulan bambu melambaikan awal pagimu
Dimana pintumu terbuka dimana juga auramu bersinar
Percayalah kasihnya selalu menyertai
Juga menyertai dalam kabar gembira bagimu

If many people said to be carefull in every morning 
And you and me would answer "we can do it"
I'm usually used to nice feelings 
And don't forget to optimism 

Kamis, 20 Februari 2025

Terbelenggu Opini

Awan pagi ini membuatku bersemangat seperti sentosa berkabar di minggu pagi. Lalu dimana Monica bertanya dalam benakku terfikir saat pena pena ku berserakan diatas meja.
"Apakah karyamu sudah selesai?" Ujar monica setelah dering ponsel aku angkat beberapa menit.
"Iya kah sudah selesai, bahkan aku sangat pusing kamar tidur saja belum sempat ku rapikan. Entah setelah ini akan ku selesaikan." Sahut ku sambil mengucap suara dari kejauhan. Ponsel yang aku tinggal di meja dalam kamarku.
"Ok have nice sunday in morning." Ujar monica selepas nya dia memutuskan panggiilan.
"Sungguh minggu yang berantakan sekali." Ujar ku sambil membereskan pena pena yang berserakan.

Selepasnya aku ingin mandi dan berkemas dengan rapi mungkin holyday bisa membuatku lebih tenang dari hidup yang berantakan ini. Air kran ini terlalu pagi aku rasakan yang ku ambil dari gayung di tangan kanan ku.

"Pyok...." Suara air yang aku ambil dari gayung dan ku tumpahkan di kepalaku. Rasanya seperti sebuah bara yang memanas dan tiba - tiba terpadamkan dari sebuah air yang mengalir. Sejuk sekali aku sungguh merasakan puas. Sejejurnya hari minggu ini adalah ungkapan rasa puas dan syukur akan penyelesaian ku dalam sebuah karya tulis. Mirip seperti serangkaian kata yang ku susun dan menjadi sebuah novela. Novela sendiri memiliki prosa dan rangkaian paragraf yang amat terbatas. Entah seperti apa jadinya, namun aku merasakan puas di setiap air mengalir ini.

"Segarnya...." Ujar ku selepas mandi. Ku berkemas apa yang ingin ku bawa selanjutnya untuk ke tempat yang membuatku lebih tenang. Pegunungan puncak di dalam suatu pedesaan terdekat.

"Crikkikkkikk." Suara stater motor ku nyalakan selepas berkemas.

Ini akan menjadi sebuah ungkapan rasa puas bagiku. Ku siapkan barangnya dan aku bergegas dengan hati yang tenang. Dalam sebuah perjalan ini sungguh aku tak mengira bahwa semuanya bisa berlalu secepat ini. Sebuah alur kehidupan ku seperti jalan yang berliku-liku. Aku sendiri lelah dengan umpatan - umpatan didalam suatu sosial. Mengapa semua orang beropini semua itu karena aku. Sedangkan kesalahan bukan dari sebuah opini melainkan fakta unik yang tersembunyi didalam suatu kebohongan dari pelaku kejahatan. Sudahlah aku tak mau memikirkan itu. Tenanglah dunia juga tidak baik - baik saja sekarang.

"Dep dep dep dep." Suara kenalpot motor ku saat berhenti di perempatan kota. Aku melihat sungguh malangnya anak yang berjualan jajanan itu. Bagaimana dia bisa melakukan semuanya dengan rasa syukur yang tinggi. Aku hanya sebuah fitnahan dalam opini suatu umpatan sering saja berkecil hati.

"Kacang atom, air mineral, larutan penyegar." Ujar bocah kecil yang berjualan di area perempatan saat lampu merah menyala.

Bocah itu mendekati ku dan aku tersenyum, lalu memberinya rejeki akan tidak terlalu banyak. Anak itu tersenyum dan ingin memberiku ganti barang dagangannya. Aku hanya tersenyum di balik helm fullface yang aku kenakan. Selepasnya lampu hijau itu menyala dan aku mulai berjalan dan anak kecil itu menepi dan melambaikan tangan kearah ku.

"Terima kasih om." Ujar nya dari tepi jalan.

Aku beranjak tenang dengan sebuah rasa syukur dari Tuhan yang telah di berikan selalu damai sejahtera. Mungkin dalam suatu permasalahan belum tentu secepatnya selesai. Namun dalam suatu perbuatan baik pasti akan menghasilkan panen yang baik pula dalam suatu tabur tuai.
" Akhirnya aku datang alam dengan semua keindahan yang dirimu pancarkan." Ujar ku setelah tiba di tembat yang indah itu.

 Aku bersiap sekali dari semua perlengkapan dan tenda kecil yang aku siapkan. Aku mulai merakitnya sendiri dan selepas 1 jam selesai aku bergegas mencari kayu bakar di sekitar permukiman perkemahan. Aku sangat menyukai alam bahkan suasana pepohonan sungguh amat rindang.

Aku masih terbayang wajah bocah itu setelah aku selesai mencari kayu bakar. Wajah usang penuh debu dengan baju compang camping di hari minggu ini. Bahkan hari weekend seperti ini saja dia tak bisa menikmatinya. Oh sungguh anak yang malang. Semoga mendapatkan rejeki lebih yang akan membantunya tenang di hari senin. 

Malam liar ini sungguh membuatku tenang dari sebuah problem matika yang ada dalam susunan benak ini. Ah hal yang sangat merepotkan sekali. Dimana sebuah opini datang tanpa ada fakta yang menguatkan semua itu. Umpatan juga datang dan aku hanya terbelenggu dan terdiam. Dasar natizen sering tidak menyadari semua opini palsu itu.

"Hah ... Tenang, indah , sejuk , damai sejahtera. Hehe  aku bisa untuk menikmati dari hasil semuanya dari rasa syukur dan sabar." Ujar ku yang menyalakan api unggun di antara alam liar di malam hari.

Tak lama petugas area perkemahan itu datang dan membawakan aku sebuah musik kecil didalam saku celana parkanya. Dia pun mendekati ku dan kita mengobrol tenang disana.

"Apa kau juga merokok? Apa kau mau ambil satu?" Ujarnya sambil tersenyum dan memberikan ku rokok untuk lebih menikmati jelas akan alam.

"Emm. Tidak saya tidak merokok. Terimakasih."

"Iyakah? Beruntung sekali kamu belum mengenal rokok hehe. Irit pengeluaran mu nak." Ujarnya sambil menghisap sebatang rokok dan duduk di kursi lipat dan mendengarkan alam liar bersamaku.

Alam sungguh menipu pada dasarnya semua orang mempunyai fakta fakta tersembunyi yang bahkan membuat tokoh utama ini kelelahan sekali menjaninya. Di dalam angin malam yang lumayan semakin malam semakin dingin ini akhirnya bisa mengobatiku dari opini didalam umpatan yang tidak realistis.

Minggu, 16 Februari 2025

Percikan Emosi Dalam Hambatan

Beta Omega didalam kaca memancar sinar
Terbatas dalam benak terkurung nan cerah
Violet tercampur nitrogen dalam udara
Terhirup akan memutar usia semakin menua

Jantung akan berdetak dalam setiap menitnya
Emosi terkunci dalam diri yang tenang
Tercampur seperti adonan matcha didalamnya
Semakin tercampur warna semakin pekat melekat

Jika tertulis akan seperti tinta
Terinspirasi derita dalam siksaan yang dalam
Hanya terdiam terkunci dalam
Jeritan yang terhambat dalam bendungan sampah
Sampah kejahatan yang dapat di lihat sebelah mata
Kebutaan akan mengubah Fana sifat dunia

Kamis, 05 Desember 2024

Harum Mawar 72 Jam

Tertanam dalam bumi bibit indah
Perasaan yang kuncup kau siarami
Bersemi setiap terkena air kesucian cinta
Dalam badai 72 jam dirimu memekarkan kharisma

Dalam badai membuat mu gugur selepasnya
Mega kharisma mulai luntur seperti tinta
Luntur tak dapat dideskripsikan 
Hanya keharuman mu menjadi kenangan

Indahnya 72 jam keharuman kharisma mu
Setelahnya gugur perasaan duri duri mengering
Sirna kering terjatuh di bumi 
Dimensimu sungguh terbayang bayang dalam
Kenangan keharuman mu selama 72 jam

Selasa, 26 November 2024

Poem "Light The Universe"


The universe...  
Full of noise in laughter  
The heart captivated by the shining betel nut  
Laughter in sorrow tangled in sharp thorns  
I do not know, I turn within  

In the embrace of ink, I am recorded  
The universe is encapsulated in a diary book  
Encapsulated briefly, many pages visible  

It is not that I complain about the universe  
Many meanings of sorrow and laughter are hidden  
The dictionary of life in the pocket of my soul  
Small, like the pendant you wear  
Shining in every second  
The universe fades, enchanting you at every moment  

---
By : Cahyon Elix's

Senin, 25 November 2024

Cerpen "Terserah Kau katakan Aku Sampah"

Malam dimana masa masa aku di usia remaja. Sungguh nian asyik aku bercanda tawa. Setidaknya ulasan ku untuk kilas kisah dalam buku cerita ini aku bisa ukir kembali. Namun jarum jam mulai bertambah cepat berputar. Dimana di sertai ujian yang seperti badai tiba tiba menerjang rumah yang berpondasi bambu yang bertali. Setidaknya ku pernah serajin itu dan mengapa di tahun tahun ini seperti tidak pernah puas dalam perjalanan ku. 

"Pena berhenti" ujar ku sambil menulis buku harian.

Aku merasa jurnal ku tidak susai dengan kenyataan ini. Bahkan aku ingin kembali tanpa hanya mengenang jurnal. Dimana seharusnya perjuangan mu tidak sekecewa ini. Dimana usaha dan niatku menjadi seorang hamba seperti kecewa. Sebelumnya aku sadar jika terkadang aku tidak bisa sesabar orang lain. Setidaknya lagi untuk mengintovert diri sendiri. Namun aku juga prihatin dengan semua ini.

"Hei bangun lah. Ini tampaknya sudah pagi dirimu untuk bangun kawan !" Tiba tiba aku teringat dengan suara teman ku yang saat itu membangunkan ku dari pekerjaanku. Saat badan ini mulai lelah dan dimana jam sudah tak berlaku di kamus kecil ku. Dimana suatu malam menjadi siang dan bahkan tidur hanya ada di malam hari. 

"Apalah sudah aku rela kau ucap kan aku seburuk apa. Mungkin diri mu tak merasakan panasnya mata ku. Pedihnya bahkan keluar air . Kau tau ini tidak semudah saat dirimu membangun kan ku." Ucap ku seolah marah saat ada teman kerja ku berusaha mengganggu ku untuk istirahat saat kerja.

"Sudahlah kawan. Tetap semangat usia mu bahkan lebih muda dari aku. Seharusnya dirimu itu lebih semangat. Lihat aku apakah perjalanan hidup ku juga sama dengan mu. Dirimu enak kau fikir aku ini enak. Dirimulah yang harusnya bertambah syukur pada Tuhan. Bangun dan lihatlah aku!" Ujar teman ku seolah juga kesal pada dirinya sendiri. Nasibnya bahkan lebih parah dariku dimana di usir dari rumah yang selama ia bangun mulai dari dia muda saat dimana pernikahan dini itu menghanguskan segalanya. Dimana maut orang ketiga bagi keharmonisan suatu keluarga. Anak adalah korban dari orang ketiga.

"Kau pikir aku tidak lelah biarkan aku begini dulu. Nanti semisal aku sudah reda letih ku aku akan bangun dan membantu mu lagi. Aku hanya ingin break dulu. Tidak lebih sudah jangan dari mana mana kau mencari omongan." Ujar ku dengan mata yang amat mengantuk. Dari peristiwa ini aku ingat semua bahwa didalam negeriku nominal uang berwarna biru dan bertambah uang berwarna hijau itu di dapatkan dalam waktu 10 jam.

Bahkan kaum buruh adalah pusat dari permainan para orang bertopi mirip koboy yang selalu keliling menarik pajak perdamaian.

"Apa kau ingat aku ini lebih bahagia dari mu. " Ujar teman ku.

"Bangun lah semangat. Walau kita kaum buruh kita akan tau bahwa kebahagiaan lahir dari kepahitannya kehidupan." Ujar teman ku buruh saat dimana panas siang hari.Ilustrasi: malam tengah hari dengan instrumen ini cerita berjalan dalam alur asa ku.

Galaksi Cita Asa

Mimpi dalam pena..
Tertulis rapi namun bukan sketsa kehidupan 
Seperti roda yang berputar mengelilingi masa
Dalam pena ada dorongan optimis 

Pena tertulis impian
Dalam asa ku dalam galaksi impianku
Terlihat banyak nan berkilau
Dalam batin ku ingin menggapai nya

Tak sudi dalam gelap kejatuhan
Merintih dalam kehancuran menggebu dalam duka
Layak seperti cebol yang terdiam diatas daun teratai 
Mirip jauh ku lihat asa ku seperti impossible 

Mega akan kah ku gapai dirimu didalam asaku
Galaksinya adalah perasaan optimis dalam jiwa
Namun badainya adalah rintangan
Bukan ku tak mampu namun selebihnya Introvert 
Dalam jiwa ku merasa tak pantas 

Untukmu asa dalam citaku berduka...