Awan pagi ini membuatku bersemangat seperti sentosa berkabar di minggu pagi. Lalu dimana Monica bertanya dalam benakku terfikir saat pena pena ku berserakan diatas meja.
"Apakah karyamu sudah selesai?" Ujar monica setelah dering ponsel aku angkat beberapa menit.
"Iya kah sudah selesai, bahkan aku sangat pusing kamar tidur saja belum sempat ku rapikan. Entah setelah ini akan ku selesaikan." Sahut ku sambil mengucap suara dari kejauhan. Ponsel yang aku tinggal di meja dalam kamarku.
"Ok have nice sunday in morning." Ujar monica selepas nya dia memutuskan panggiilan.
"Sungguh minggu yang berantakan sekali." Ujar ku sambil membereskan pena pena yang berserakan.
Selepasnya aku ingin mandi dan berkemas dengan rapi mungkin holyday bisa membuatku lebih tenang dari hidup yang berantakan ini. Air kran ini terlalu pagi aku rasakan yang ku ambil dari gayung di tangan kanan ku.
"Pyok...." Suara air yang aku ambil dari gayung dan ku tumpahkan di kepalaku. Rasanya seperti sebuah bara yang memanas dan tiba - tiba terpadamkan dari sebuah air yang mengalir. Sejuk sekali aku sungguh merasakan puas. Sejejurnya hari minggu ini adalah ungkapan rasa puas dan syukur akan penyelesaian ku dalam sebuah karya tulis. Mirip seperti serangkaian kata yang ku susun dan menjadi sebuah novela. Novela sendiri memiliki prosa dan rangkaian paragraf yang amat terbatas. Entah seperti apa jadinya, namun aku merasakan puas di setiap air mengalir ini.
"Segarnya...." Ujar ku selepas mandi. Ku berkemas apa yang ingin ku bawa selanjutnya untuk ke tempat yang membuatku lebih tenang. Pegunungan puncak di dalam suatu pedesaan terdekat.
"Crikkikkkikk." Suara stater motor ku nyalakan selepas berkemas.
Ini akan menjadi sebuah ungkapan rasa puas bagiku. Ku siapkan barangnya dan aku bergegas dengan hati yang tenang. Dalam sebuah perjalan ini sungguh aku tak mengira bahwa semuanya bisa berlalu secepat ini. Sebuah alur kehidupan ku seperti jalan yang berliku-liku. Aku sendiri lelah dengan umpatan - umpatan didalam suatu sosial. Mengapa semua orang beropini semua itu karena aku. Sedangkan kesalahan bukan dari sebuah opini melainkan fakta unik yang tersembunyi didalam suatu kebohongan dari pelaku kejahatan. Sudahlah aku tak mau memikirkan itu. Tenanglah dunia juga tidak baik - baik saja sekarang.
"Dep dep dep dep." Suara kenalpot motor ku saat berhenti di perempatan kota. Aku melihat sungguh malangnya anak yang berjualan jajanan itu. Bagaimana dia bisa melakukan semuanya dengan rasa syukur yang tinggi. Aku hanya sebuah fitnahan dalam opini suatu umpatan sering saja berkecil hati.
"Kacang atom, air mineral, larutan penyegar." Ujar bocah kecil yang berjualan di area perempatan saat lampu merah menyala.
Bocah itu mendekati ku dan aku tersenyum, lalu memberinya rejeki akan tidak terlalu banyak. Anak itu tersenyum dan ingin memberiku ganti barang dagangannya. Aku hanya tersenyum di balik helm fullface yang aku kenakan. Selepasnya lampu hijau itu menyala dan aku mulai berjalan dan anak kecil itu menepi dan melambaikan tangan kearah ku.
"Terima kasih om." Ujar nya dari tepi jalan.
Aku beranjak tenang dengan sebuah rasa syukur dari Tuhan yang telah di berikan selalu damai sejahtera. Mungkin dalam suatu permasalahan belum tentu secepatnya selesai. Namun dalam suatu perbuatan baik pasti akan menghasilkan panen yang baik pula dalam suatu tabur tuai.
" Akhirnya aku datang alam dengan semua keindahan yang dirimu pancarkan." Ujar ku setelah tiba di tembat yang indah itu.
Aku bersiap sekali dari semua perlengkapan dan tenda kecil yang aku siapkan. Aku mulai merakitnya sendiri dan selepas 1 jam selesai aku bergegas mencari kayu bakar di sekitar permukiman perkemahan. Aku sangat menyukai alam bahkan suasana pepohonan sungguh amat rindang.
Aku masih terbayang wajah bocah itu setelah aku selesai mencari kayu bakar. Wajah usang penuh debu dengan baju compang camping di hari minggu ini. Bahkan hari weekend seperti ini saja dia tak bisa menikmatinya. Oh sungguh anak yang malang. Semoga mendapatkan rejeki lebih yang akan membantunya tenang di hari senin.
Malam liar ini sungguh membuatku tenang dari sebuah problem matika yang ada dalam susunan benak ini. Ah hal yang sangat merepotkan sekali. Dimana sebuah opini datang tanpa ada fakta yang menguatkan semua itu. Umpatan juga datang dan aku hanya terbelenggu dan terdiam. Dasar natizen sering tidak menyadari semua opini palsu itu.
"Hah ... Tenang, indah , sejuk , damai sejahtera. Hehe aku bisa untuk menikmati dari hasil semuanya dari rasa syukur dan sabar." Ujar ku yang menyalakan api unggun di antara alam liar di malam hari.
Tak lama petugas area perkemahan itu datang dan membawakan aku sebuah musik kecil didalam saku celana parkanya. Dia pun mendekati ku dan kita mengobrol tenang disana.
"Apa kau juga merokok? Apa kau mau ambil satu?" Ujarnya sambil tersenyum dan memberikan ku rokok untuk lebih menikmati jelas akan alam.
"Emm. Tidak saya tidak merokok. Terimakasih."
"Iyakah? Beruntung sekali kamu belum mengenal rokok hehe. Irit pengeluaran mu nak." Ujarnya sambil menghisap sebatang rokok dan duduk di kursi lipat dan mendengarkan alam liar bersamaku.
Alam sungguh menipu pada dasarnya semua orang mempunyai fakta fakta tersembunyi yang bahkan membuat tokoh utama ini kelelahan sekali menjaninya. Di dalam angin malam yang lumayan semakin malam semakin dingin ini akhirnya bisa mengobatiku dari opini didalam umpatan yang tidak realistis.