Perjanjian Sang King

 Oleh: Cahyon Elix's

  


    Mentari bersinar menghiasi perasaan ku dengan amat senang pagi ini. Jika aku tidak bisa bersemangat seperti ini maka akankah sia sia mentari yang bersinar. Suasana derungan motor ramai di jalanan tercampur suasana ramai di pasar baru yang aku lewati. Di keramaian itu aku sangat tidak memperdulikan hal itu, headset yang aku pakai saat mengemudi sepeda motor menuju perjalanan ke sekolah. Berputar melodi juga berputar roda sepedaku, berkurang mesin Honda C70 ku dengan klasik. Bahkan tak lama kemudian aku sampai di pintu gerbang SMA Nusa Bangsa 7 Nusantara. Sangat megah sekali ini adalah Sma yang aku banggakan, saat aku dulu lulus dari SMP. Sepertinya ini adalah awal dari sekolah aku memulai semuanya. Ku matikan mesin motor dan kudorong lajunya. Tak lama saat ku parkir motor di tempatnya. Burhan sahabatku SMP tak sadar juga sama mendaftarkan menjadi siswa di SMA ini.

            “Hei Martin?” Sapa Burhan sambil juga memarkir motornya di sampingku.

            “hai juga bro, kamu juga daftar di SMA sini?” jawabku sambil menaruh helm ku di Spion.

            “hehe. Iya”

            “lah ? katanya minggu lalu saat aku Tanya kamu daftar di SMKN 1 Negeri Bagorsari?” heran ku.

            “waktu lusa ternyata aku tak lulus disana saat tes.” Urai nya.

            “tes? Ada tes apa memangnya?” Tanya ku dengan terheran cepat kali di SMA Negeri mengadakan tes secepat itu.

            “iya ada banyak tes, tahu sendirikan teman mu ini lemah dalam matematika hehe.” Guraunya sambil mengobrol menuju di ruang pendaftaran siswa baru.

            Selepas kami tiba di ruangan mengobrol semakin sangat hangat. Burhan dan Aku terdiam saat melihat kecantikan siswa yang membagikan kertas pendaftaran. Mungkin katakanlah senior kelas, kakak – kakak osis membantu masa pendaftaran siswa baru. Ku lihat jahitan namanya di atas saku adalah Elsa, dengan rambut hitam dan lurus terikat mirip kabel telepon mainan. Ternyata sungguh indah masa – masa remaja aku sangat terpesona olehnya. Bau parfum itu tak kan pernah ku lupakan kak Elsa. Kami terbengong tanpa sadar. Lalu kak Elsa memanggil kami berulang – ulang.

            “hallo ?” sapa Elsa.

            “….” Kami berdua terdiam.

            “ hey? Ayolah kalian melamun kenapa adik – adik kelas.” Gertakan Elsa kepada kami.

            “hey - hey maaf kak.” Jawab ku yang tersadar.

            “ kalian bawa NISN kan ?” Tanya Elsa dengan mengibaskan rambut ekor kudanya.

            “iya bawa di tas sebentar aku carikan.” Jawabku.

            “Aduh tin punya ku ketinggalan.” Ujar Burhan.

            “kenapa kamu tinggalin. Hadeh?” ejek ku

            “ ya emang lupa tin soalnya keburu – buru tadi.” Cemas Burhan.

            “hei. Ayolah jangan bergurau saja kalian !” gertak lagi dari Elsa.

            “ ini kak.” Ucapku sambil memberikan kartu NISN ku. Sungguh indah ku pandang sangat natural kecantikannya. Walau waktu ku kecil aku tak pernah memainkan boneka Barbie tapi dia kini di depan ku.

            “teman kamu mana juga kartunya?” tanya Elsa.

            “….” Aku terdiam melamun dia. Kornea matanya sungguh indah seperti jajanan coklat cha cha. Manis dan sedap.

            “ hei kok kamu sering melamun sih mana punya teman mu?” gertak Elsa dengan lambainnya menyadarkan ku.

            “ dia lupa kak Elsa.” Jawabku dengan muka datar.

            Kami terlihat gaduh dan mengakibatkan guru menghampiri ku. Membuyarkan Elsa dan menyuruhnya untuk mengambil soal essay untuk tes pendaftaran. Walau sekejap aku akan bisa mendekatinya. Katakanlah sebuah tantangan interaksi sosial, namun bapak guru yang membuyarkan Elsa itu juga menyahuti dengan bertanya.

            “ kamu kenapa suka melamun? Belum sarapan kah?” Tanya pak guru sambil mendekati ku dan Burhan.

            “ tidak pak.” Jawab ku dengan senyum ramah.

            “lantas ? kenapa? Kamu terpesona kakak osis ?” sahut pak guru.

            “hemm. Tidak pak.”

            “ benarkah? Jangan mulai kamu berbohong saat masa pendaftaran ini?” kata pak guru.

            “tidak pak. Saya optimis siap untuk mengisi essay nanti untuk dapat keterima di SMA ini.” Jawabku dengan mengalihkan topik ini.

            “benarkah semangat sekali kamu pagi hari ini. Bagus bisa ditiru.” Kata pak guru.

            “OKE ANAK ANAK TES 5 MENIT LAGI AKAN DIMULAI.” Teriak tegas pak guru dalam kelas.

            Pendaftaran gelombang 1 ini dimulai aku dan burhan selalu melihat keanggunan Elsa yang duduk di samping pak guru dengan Jas almamaternya. Oh tidak mungkin aku harus serius untuk tes kali ini, agar dapat masuk di SMA yang aku idamkan ini. Seminggu kemudian aku masuk sekolah tanpa sadar kini aku masuk di SMA yang aku idamkan. Bahkan Elsa menghampiri ku untuk menawarkan menjadi keanggotaan Osis di sekolah.

 

            “hei kamu?! Ternyata hebat bisa masuk di 5 besar peringkat siswa baru.” Kata Elsa sambil memberikan ku browser Osis.

            “ apa ini wkwkwk. Kamu mengajak aku join.” Tanyaku dengan penuh rasa senang yang aku berusaha tutupi.

            “semangat ya ? harus semangat dan kita nanti menjadi alumni juga bersama dari almet yang sama dengan charisma siswa teladan.” Ucap Elsa dengan tersenyum.

            “ hehe oke semoga Tuhan memberkati kita selalu. Aku akan bisa berusaha dengan sangat semangat.” Jawabku dengan mengacungkan jari kelingking ku.

            “apa ini hehe.” Tanya Elsa terkaget saat aku mengacungkan jari kelingking ku.

            “ aku akan selalu setia, optimis, bahkan berjanji untuk menjadi terbaik dalam suatu hal baik hari ini untuk kakak.” Katakana sebuah janji untuk kak Elsa. Tanpa di sadari Elsa mengacungkan jari kelingkingnya ke arahku juga.

            “ semangat ya. Udah bel masuk pelajaran berbunyi. Aku balik ke kelas ya.” Sorai Elsa sambil melambaikan tangannya berjalan menjauh dan menuju kelasnya.

 

            Selepasnya aku kembali kelas dan Burhan pun terlambat pagi itu membuat gaduh guru matematika pada perkenalan di awal masa belajar dimulai. Burhan lantas pucat dari pintu sangat mengucapkan salam.

            “selamat pagi pak. Permisi saya telat.” Ucap Burhan yang pucat dan memasuki kelas.

“kenapa terlambat anak muda?” Tanya pak guru matematika dengan menurunkan kacamatanya.

            “siapa namamu?”

“ Burhan Eja Mahirtanasya.”

“oke anak anak kita nanti akan berkenalan ya hari ini dan saya ingatkan kedepan agar tidak terjadi telat seperti Burhan.” Ujar pak guru matematika yang seolah memberitahukan untuk disiplin waktu.

“siap pak.” Seru satu teman sekelas.

            Perkenalan pun dimulai dengan sangat lancar. Burhan yang telat diberikan sanksi untuk berdiri di depan kita satu kelas sampai 2 jam pelajaran matematika dengan menggendong tasnya. Lalu dilanjutkan perkenalan dari teman yang duduk di ujung kiri.

            Pelajaran sangat hikmat duduk tenang selepas perkenalan, hanya Burhan seorang yang merasakan dihukum oleh pak guru Matematika. Pak guru matematika berkenalan dengan nama Pak Sujianto. Akhirnya itu aku pun mengetahui beliau ternyata teman ayahku waktu ayah ku di bangku SMA. Selepas itu beliau juga mengetahuinya bahwa aku putra pak Herman Jurnalis.

            Aku pun diberikan sebuah brosur untuk join mengikuti perlombaan hitung cepat kompetisi Se Kota dalam tingkat SMA. Aku hanya menerima brosur dan berkata bahwa aku sanggup untuk mengikuti perlombaan itu. Aku mungkin hanya butuh belajar 4 bulan dari sekarang untuk persiapan lomba hitung cepat. Perlombaan ini yang diadakan satu grup yang terdiri dari 2 siswa. Aku teringat bahwa dapat diikuti semua siswa di kalangan SMA, tiba – tiba aku ingat mungkin seru jika Elsa mengikutinya dengan ku. Aku ambil ponsel saat Pak Sujianto meninggalkan kelas dan selesai memberikan tugas kepada kami sekelas. Aku mengetik dan mempotokan kertas brosur perlombaan itu dan aku kirimkan ke Elsa.

            “yakin kah kamu bisa untuk satu tim dengan ku?” balas Chat dari Elsa.

            “ Percayalah dengan skil berhitung.” Dengan pede aku menjawabnya.

            “apa kamu sanggup dengan trigonometri saat muncul di soal itu?” balas Elsa

            “kamu bisa mengajarkan rumusnya sekali saja aku sudah bisa untuk menghafalnya.” Sombongku.

            “idih sombong sekali. Oke saat istirahat akan ku ajarkan ke kelasmu. Sudah lanjut nanti ada jam pelajaran sekarang. ”

            “….{emoticon patung wajah batu}.” Jawab akhir dariku.

Selepas pelajaran selesai di jam ke 4 bertanda untuk istirahat dimulai. Elsa tanpa sadar sudah berada di depan pintu kelasku.

“ kamu yakin untuk mengikutinya? Itu mungkin tidak semudah yang kamu katakana di chat ini.” Ujar Elsa selepas berjalan menghampiriku di bangku.

“kamu belum mencobanya kenapa pesimis begitu dengan bakatku.” Jawabku dengan meyakinkannya.

“baiklah begini di buku ini ada rumus singkat kamu pelajari selepasnya aku akan mengecek jawaban di buku ini beserta lembar jawaban mu di dalamnya.” Ujarnya dengan wajah datar dengan mengenakan kacamata bulat. Dia terlihat seperti gadis yang kutu buku ternyata.

Waktu tak berarah aku belajar dengan keras di setiap waktu istirahat selepas Elsa mengajarkan di buku panduan lomba pada tahun lalu. Bahkan Burhan sering heran dengan ku, soal mengapa aku sangat tekun belajar demi mencintai pelajaran matematika. Itu bahkan dapat merasakan Burhan merasakan pusing selepas melihat isi buku yang aku pelajari.

“semisal aku menjadi kamu aku mengaku kalah dengan Elsa dan menyuruhnya mengikuti lomba itu sendiri.” selah Burhan duduk di bangku saat istirahat.

Aku pun tak akan menyerah seperti bagaimana janji yang aku buat dengan Elsa untuk optimis mengejar akademis yang berkualitas. Tak terasa seminggu kemudian untuk memulai perlombaan matematika hitung cepat tingkat SMA sekota.

Aku sudah berusaha semisal Tuhan menakdirkan aku menjadi juara kala ini. Bahkan Elsa akan sangat menyukai aku sebagai cowok yang sangat komitmen dengan janji ku di awal dengannya. Chat Elsa sore selepas sekolah menyalakan notifikasi di ponselku.

“hei King apa kabar soal matematika? Ini aku mengabarkan untuk menyelesaikan nya besok sehingga aku dapat melihat skill mu. Semisal kamu terlihat perfect aku akan memilih mu menjadi satu tim dengan ku.” Chat Elsa.

“ APALAH DIRIMU SELALU MERAGUKAN KU. AKU AKAN TETAP SETIA DENGAN SEMUA JANJI – JANJIKU. INGAT I’M MARTIN IS A KING JUST FOR YOU.”          Balasku dengan penuh rasa emosi kala ini.

Dimana saat sore aku mengerjakannya dengan amat teliti dan serius. Agar Elsa dapat mengakui aku dengan kehebatanku. Keesokan paginya aku bertemu dengannya saat istirahat di kantin sekolahan.

“bagaimana boy?” sapa Elsa.

“pasti dirimu akan terkaget kaget melihat kehebatan ku dan akan percaya bahwa aku memang hebat dalam matematika.” Jawabku sambil mengasihkan buku dan lembar jawaban soal.

“oke aku hanya bisa mengoreksinya sekarang tak perlu nanti – nanti. Sepulang sekolah aku aku memberikanmu kabar bahwa kamu berhak maju tidak.” Ucap Elsa dengan Senyum dan meninggalkan ku ke kelas.

Sejenak detik jam serasa berhenti saat aku melihat Elsa di depan pintu selepas waktu bel pulang berbunyi.

“ sungguh kamu memang hebat. Setia dan penuh optimis untuk keseriusan ini ya hehe. Aku akan melapor pak Sujianto untuk besok maju mengikuti lomba ini.” Ujar Elsa sambil tersenyum dan kami melanjutkan jalan ke parkiran bersama. Akhirnya keseriusan ku tak perlu diragukan olehmu Elsa. Aku akan Setia dengan Janji ku hanya untukmu.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 perbedaan anak remaja sekarang dengan anak remaja jaman dulu

perbedaan ikan air dangkal dengan ikan air dalam

Tinta Dalam Doa . This is poerty by Cahyon Elix's