Rabu, 06 Mei 2015

sekilas cerpen

sekilas cerpen

Kerbersaman Untuk  Menjadi yang Terbaik

            Pagi yang cerah, walaupun tanpa penyemangat aku pun bercoba tuk ber semangat di hari hari ku. Suatu pelajaran yang paling membosankan dalan hidupku dan sungguh paling membuatku menyerah dalam melaksanakan tugasnya. Pelajaran itu adalah kesenian, yang membuatku menjadi tak sanggup menjalani tugasnya yang terlalu sulit yang harus dilakukan oleh diriku. Saat itu guru kesenian ku memberikan suatu tugas dan tugas itu adalah membentuk suatu kelompok dan ditugas untuk menari.
“ya ampun. Beh, tugasnya aneh banget  anak cowok disuruh menari, kiraiin mudah gitu ?” kata didalam hatiku mengatakan dengan begitu kesal.

            Satu kelompok yang mengesalkan terbagi kelompok dengan cewek yang jika melihat aku merasa ilfil , entah gimana gitu.kelompok itu beranggotakan yaitu tika, tika yaitu cewek sesikap dengan aku , dia merasa rendah hati jika dia direndahkan oleh orang lain. Laila, dia cewek yang lucu dan sungguh enak kalau dikerjain, dan jarang sekali untuk marah. Lia , dia cewek yang manis, lucu, dan sungguh enak jika di kerjaiin sering ngambek , dan sering marah walaupun marah itu hanya bercanda maksudnya marah yang berjangka waktu. Hani, cewek yang cantik, sukanya marah jika dikerjain temannya, dia sering ngambekan gitulah. Adit, inilah teman cowok ku yang paling dekat dengan ku, dia punya sifat yang sabar dan mudah bergaul dengan temannya dan bersifat independent, ingin berkembang maju di suatu kelompoknya. Aku pun terpasa juga untuk melakukan latihannya , walaupun begitu biarkan sajalah, turuti aja demi nilai yang bagus. Latihan menari pada suatu hari pun di mulai setelah pulang sekolah.
            “hah,  males males !” kataku dengan yakin bahwa itu khayal untuk bisa aku lakukan.
            “males – males, yaudah to latihan sana buat group sendiri !” kata Hani sambil mengomel – ngomel.
            “masak to lix, ingin seperti kelompokmu yang dulu nggak maju? Apa nyerahan gitu?” kata Lia sambil menasehati ku gitu.
            “ya lix, bisa lix, santai aja fren nyantai aja kayak aku !” kata Adit yang menyemangati ku , dia sangat santai dan yakin.
            “ya udahlah, oke , hem !!! ayoh ??” kata ku dengan sambil menghembuskan nafas dan merasa kurang yakin, bahwa ku pasti nggak bisa.

            Latihan pertama pun diawali, walaupun aku kurang kompak dalam melakukannya. Setiap pulang sekolahan pun berlatih dan berlatih. Dengan lama kelamaan aku merasakan inilah pertemanan dan inilah kekeluargaan dalam suatu teman ada yang mengingatkan, ada yang menghina tapi hinaan untuk aku bangkit , dan mengajak ku untuk harus bisa melakukan masalah yang nggak aku bisa.

            Saat itu di sekolah aku dan temenku Adit menghadiri pembimbingan yang menjelaskan tentang Otoritas Jasa Keuangan yang di undang dari guru Ekonomi ku. Acara itu di awali pukul 08:00 WIB sampai pukul 16:00 WIB. Kegiatan tersebut membuatku lelah dan sangat bosan untuk melakukan latihan buat besok tampil ke Gazebo ( ruang tempat untuk apresiasi seni). Setelah kegiatan itu selesai, aku dan Adit saling bertanya.
            “gimana dit ? nanti latihan nggak ?males aku lelah dit, lagi pula lama  dan sudah sore untuk latihan.” Kata ku dengan sangat lelah sekali.
            “ya latihan to lix, gimana besok sudah di mulai pentas tarinya! Nanti kamu latihan ke rumah Tika dulu, aku mau eskul dulu dan nanti aku nyusul.” Kata Adit.
            “okelah  !” kata ku dengan sangat lelah.
            Aku pun pergi kerumah Tika, setelah dari desanya aku lupa lokasinya yang mana. Sambil mengendari motor aku pun sms Laila.
            “gimana ni, aku lupa lokasi nya rumahnya Tika?” smsku dengan sangat kesal.
            “di desa Mojorembun Rt 01, Rw01, mas brow !”jawab smsnya.

            Aku kaget dan sangat kesal sekali, itu soalnya tadi yang di sms balesannya Laila itu alamat rumahku sendiri. Aku pun kesal dan kembali kesekolah dan memberi kabar Adit.
            “sudah Dit – Dit. Pulang aku temen – temen malah bercanda padahal aku srius dan ingin keburu latihan.” Kataku dengan lelah dan ingin pulang.
            “yaudah , kalau gitu nanti besok aku beri tahu sendiri dan aku latih geraknya, santai aja!!! Maksudnya lo dah capek, ditanya jawabnya gitu ” kata Adit dengan sangat marah dan kesal dengan teman satu kelompok tadi.

            Aku pun pulang, setelah pulang dan mandi aku pulang ke rumah pamanku. Pamanku bertanya padaku.
            “tadi, apa nyasar?” tanya paman.
            “loh, kok tahu paman ?!” jawabku sambil terkejut.
            “ya, tadi kamu sms gitu ke nomerku.” Kata pamanku dengan mengingatkan aku.
            “hah, masak to, ya tuhan. Makanya kok di isi alamat rumahku.”kata ku dengan heran dan nggak menyangka semua itu.

            Saat di sekolahan, saat itu aku masuk di kelas habis dari koperasi membeli air meneral dan melihat Adit sedang marah – marah dengan Laila. Dia marah – marah dengan konflik kemarin.
            “aku ini capek – capek. Pagi sampai sore cuma duduk , capeklah ditambah kamu bicara gak jelas jawab sms yang nggak pasti, gimana coba? Ha!!!” kata Adit dengan sangat marah.
            “eh, la kamu lo kemarin sudah di tungguin mereka sungguhan Dit. Di rumah Tika.” Kata satu temenku cewek yang berusaha untuk menenangkan Adit.
            “kamu diam , kamu ini nggak kelompok ku , kenapa ikut – ikut urusan kami? Ha?!!!” kata Adit dengan tambah emosi.
            “he....he...he, maaf di kemarin itu bukan Laila yang bales, kemarin aku yang salah kirim dan ternyata aku kirim sms ke nomor pamanku sendiri.” Kata ku sambil menenangkan Adit.
            “loh, gimana sih loe lix!!! Ahh??” kata Adit dengan sangat marah sampai migrannya kambuh.

            Aku menyadari kesalahan ku dan aku baru mngetahui kemarahan Adit, biasanya dia nggak pernah semarah sampai migran begitu. Berhubung migran Adit kambuh, dia nggak bisa ikut tampil, dan juga  kelompok kami memutuskan untuk tampil minggu depan. Pak guru bun mengatakan “kalian boleh tampil minggu depan tapi kalian harus tampil semaksimal mungkin”. Di saat itulah kami mulai serius dan serius. Aku yang tadinya nggak hobi menari dan nggak bisa menari , nggak tahu kenapa aku ingin bisa dan ingin harus bisa menari. Di saat setiap pulang sekolah kami latihan berturut – turut. Berlatih dengan canda dan tawa, di situlah aku merasakan bahwa keberhasilan  atau impian dalam satu kelompok itu butuh kekompakan. Di saat canda dan tawa aku pun merasa memulai semangat baru untuk bersemangat kembali yang membuktikan aku tanpa pasangan aku bisa kembali bersemangat walaupun  semangat itu dari kawan – kawanku.
“ilik, ilik, ilik.” Aku mengerjain Lia saat istirahat melakukan latihan.
            “iiih, apa sih kamu, rasa in nih, iiiih.” Kata Lia sambil mau mencubitku.
            “stop kamu menyentuh aku , kamu aku cium, hahahahahahaha.” Kata ku sambil ketawa dan menjaili dia.
            “hahhh? hiiiiiiii, gila deh kamu.” Kata Lia sambil ilfil denganku.
            “hahahahaha, makanya jangan sentuh aku.” Kata ku sambil ketawa dan bercanda.

            Setelah istirahat, latihan  pun kami awali sampai bisa dan sampai bagus dari kekompakan itu terlahirkan di kelompok kami. Kami semua berlatih dengan sangat srius dan bersungguh – sungguh. Latihan pun selesai, matahari pun mulai sembunyi dan deselingi bulan datang. Aku pulang dengan Adit sambil menghatarkan Adit mengambil montornya di bengkel. Setelah itu, kami pulang dengan santai untuk persiapan tari besok.

Malam pun berganti pagi, saat pelajaran seni budaya di mulai, kami satu kelompok berusaha tampil sebagus dan sekeren mungkin. Aku pun juga bersemangat dan terlalu bersemangat membuat aku menjadi hampir jatuh terpeleset dikarenakan lantainya licin. Aku pun malu dan aku langsung alihkan pemandangan temanku  dengan gaya gak jelas (tari jaipongan) semua temenku jadi tertawa melihat gayaku. Kami sekelompok sudah menyelesaikan tugas dari pak guru dan kami merasa gerakan kami lumayan bagus, tapi belum puas dan ingin mengulangnya yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar