Kerbersaman Untuk Menjadi yang Terbaik
By: Cahyon Elix's
Pagi
yang cerah, walaupun tanpa penyemangat aku pun bercoba tuk ber semangat di hari
hari ku. Suatu pelajaran yang paling membosankan dalan hidupku dan sungguh
paling membuatku menyerah dalam melaksanakan tugasnya. Pelajaran itu adalah
kesenian, yang membuatku menjadi tak sanggup menjalani tugasnya yang terlalu
sulit yang harus dilakukan oleh diriku. Saat itu guru kesenian ku memberikan
suatu tugas dan tugas itu adalah membentuk suatu kelompok dan ditugas untuk
menari.
“ya ampun. Beh, tugasnya aneh banget anak cowok disuruh menari, kiraiin mudah gitu
?” kata didalam hatiku mengatakan dengan begitu kesal.
Satu
kelompok yang mengesalkan terbagi kelompok dengan cewek yang jika melihat aku
merasa ilfil , entah gimana gitu.kelompok itu beranggotakan yaitu tika, tika
yaitu cewek sesikap dengan aku , dia merasa rendah hati jika dia direndahkan
oleh orang lain. Laila, dia cewek yang lucu dan sungguh enak kalau dikerjain,
dan jarang sekali untuk marah. Lia , dia cewek yang manis, lucu, dan sungguh
enak jika di kerjaiin sering ngambek , dan sering marah walaupun marah itu
hanya bercanda maksudnya marah yang berjangka waktu. Hani, cewek yang cantik,
sukanya marah jika dikerjain temannya, dia sering ngambekan gitulah. Adit,
inilah teman cowok ku yang paling dekat dengan ku, dia punya sifat yang sabar
dan mudah bergaul dengan temannya dan bersifat independent, ingin berkembang
maju di suatu kelompoknya. Aku pun terpasa juga untuk melakukan latihannya , walaupun
begitu biarkan sajalah, turuti aja demi nilai yang bagus. Latihan menari pada
suatu hari pun di mulai setelah pulang sekolah.
“hah, males males !” kataku dengan yakin bahwa itu
khayal untuk bisa aku lakukan.
“males
– males, yaudah to latihan sana buat group sendiri !” kata Hani sambil mengomel
– ngomel.
“masak
to lix, ingin seperti kelompokmu yang dulu nggak maju? Apa nyerahan gitu?” kata
Lia sambil menasehati ku gitu.
“ya
lix, bisa lix, santai aja fren nyantai aja kayak aku !” kata Adit yang
menyemangati ku , dia sangat santai dan yakin.
“ya
udahlah, oke , hem !!! ayoh ??” kata ku dengan sambil menghembuskan nafas dan
merasa kurang yakin, bahwa ku pasti nggak bisa.
Latihan
pertama pun diawali, walaupun aku kurang kompak dalam melakukannya. Setiap pulang
sekolahan pun berlatih dan berlatih. Dengan lama kelamaan aku merasakan inilah
pertemanan dan inilah kekeluargaan dalam suatu teman ada yang mengingatkan, ada
yang menghina tapi hinaan untuk aku bangkit , dan mengajak ku untuk harus bisa
melakukan masalah yang nggak aku bisa.
Saat
itu di sekolah aku dan temenku Adit menghadiri pembimbingan yang menjelaskan
tentang Otoritas Jasa Keuangan yang di undang dari guru Ekonomi ku. Acara itu
di awali pukul 08:00 WIB sampai pukul 16:00 WIB. Kegiatan tersebut membuatku
lelah dan sangat bosan untuk melakukan latihan buat besok tampil ke Gazebo (
ruang tempat untuk apresiasi seni). Setelah kegiatan itu selesai, aku dan Adit
saling bertanya.
“gimana
dit ? nanti latihan nggak ?males aku lelah dit, lagi pula lama dan sudah sore untuk latihan.” Kata ku dengan
sangat lelah sekali.
“ya
latihan to lix, gimana besok sudah di mulai pentas tarinya! Nanti kamu latihan
ke rumah Tika dulu, aku mau eskul dulu dan nanti aku nyusul.” Kata Adit.
“okelah
!” kata ku dengan sangat lelah.
Aku
pun pergi kerumah Tika, setelah dari desanya aku lupa lokasinya yang mana. Sambil
mengendari motor aku pun sms Laila.
“gimana
ni, aku lupa lokasi nya rumahnya Tika?” smsku dengan sangat kesal.
“di
desa Mojorembun Rt 01, Rw01, mas brow !”jawab smsnya.
Aku
kaget dan sangat kesal sekali, itu soalnya tadi yang di sms balesannya Laila
itu alamat rumahku sendiri. Aku pun kesal dan kembali kesekolah dan memberi
kabar Adit.
“sudah
Dit – Dit. Pulang aku temen – temen malah bercanda padahal aku srius dan ingin
keburu latihan.” Kataku dengan lelah dan ingin pulang.
“yaudah
, kalau gitu nanti besok aku beri tahu sendiri dan aku latih geraknya, santai
aja!!! Maksudnya lo dah capek, ditanya jawabnya gitu ” kata Adit dengan sangat
marah dan kesal dengan teman satu kelompok tadi.
Aku
pun pulang, setelah pulang dan mandi aku pulang ke rumah pamanku. Pamanku bertanya
padaku.
“tadi,
apa nyasar?” tanya paman.
“loh,
kok tahu paman ?!” jawabku sambil terkejut.
“ya,
tadi kamu sms gitu ke nomerku.” Kata pamanku dengan mengingatkan aku.
“hah,
masak to, ya tuhan. Makanya kok di isi alamat rumahku.”kata ku dengan heran dan
nggak menyangka semua itu.
Saat
di sekolahan, saat itu aku masuk di kelas habis dari koperasi membeli air meneral
dan melihat Adit sedang marah – marah dengan Laila. Dia marah – marah dengan
konflik kemarin.
“aku
ini capek – capek. Pagi sampai sore cuma duduk , capeklah ditambah kamu bicara
gak jelas jawab sms yang nggak pasti, gimana coba? Ha!!!” kata Adit dengan
sangat marah.
“eh,
la kamu lo kemarin sudah di tungguin mereka sungguhan Dit. Di rumah Tika.” Kata
satu temenku cewek yang berusaha untuk menenangkan Adit.
“kamu
diam , kamu ini nggak kelompok ku , kenapa ikut – ikut urusan kami? Ha?!!!”
kata Adit dengan tambah emosi.
“he....he...he,
maaf di kemarin itu bukan Laila yang bales, kemarin aku yang salah kirim dan
ternyata aku kirim sms ke nomor pamanku sendiri.” Kata ku sambil menenangkan
Adit.
“loh,
gimana sih loe lix!!! Ahh??” kata Adit dengan sangat marah sampai migrannya
kambuh.
Aku
menyadari kesalahan ku dan aku baru mngetahui kemarahan Adit, biasanya dia
nggak pernah semarah sampai migran begitu. Berhubung migran Adit kambuh, dia
nggak bisa ikut tampil, dan juga
kelompok kami memutuskan untuk tampil minggu depan. Pak guru bun
mengatakan “kalian boleh tampil minggu depan tapi kalian harus tampil
semaksimal mungkin”. Di saat itulah kami mulai serius dan serius. Aku yang
tadinya nggak hobi menari dan nggak bisa menari , nggak tahu kenapa aku ingin
bisa dan ingin harus bisa menari. Di saat setiap pulang sekolah kami latihan
berturut – turut. Berlatih dengan canda dan tawa, di situlah aku merasakan
bahwa keberhasilan atau impian dalam
satu kelompok itu butuh kekompakan. Di saat canda dan tawa aku pun merasa
memulai semangat baru untuk bersemangat kembali yang membuktikan aku tanpa
pasangan aku bisa kembali bersemangat walaupun
semangat itu dari kawan – kawanku.
“ilik, ilik,
ilik.” Aku mengerjain Lia saat istirahat melakukan latihan.
“iiih,
apa sih kamu, rasa in nih, iiiih.” Kata Lia sambil mau mencubitku.
“stop
kamu menyentuh aku , kamu aku cium, hahahahahahaha.” Kata ku sambil ketawa dan
menjaili dia.
“hahhh?
hiiiiiiii, gila deh kamu.” Kata Lia sambil ilfil denganku.
“hahahahaha,
makanya jangan sentuh aku.” Kata ku sambil ketawa dan bercanda.
Setelah
istirahat, latihan pun kami awali sampai
bisa dan sampai bagus dari kekompakan itu terlahirkan di kelompok kami. Kami semua
berlatih dengan sangat srius dan bersungguh – sungguh. Latihan pun selesai,
matahari pun mulai sembunyi dan deselingi bulan datang. Aku pulang dengan Adit
sambil menghatarkan Adit mengambil montornya di bengkel. Setelah itu, kami
pulang dengan santai untuk persiapan tari besok.
Malam
pun berganti pagi, saat pelajaran seni budaya di mulai, kami satu kelompok
berusaha tampil sebagus dan sekeren mungkin. Aku pun juga bersemangat dan
terlalu bersemangat membuat aku menjadi hampir jatuh terpeleset dikarenakan
lantainya licin. Aku pun malu dan aku langsung alihkan pemandangan temanku dengan gaya gak jelas (tari jaipongan) semua
temenku jadi tertawa melihat gayaku. Kami sekelompok sudah menyelesaikan tugas dari pak guru dan kami merasa gerakan kami
lumayan bagus, tapi belum puas dan ingin mengulangnya yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar