Kamis, 09 Juli 2015

my life of my journey . short story

 Enaknya Jadi Jomblo      


         Saat ada gadis cantik yang lewat depan rumah ku sambil di bonceng sama bapaknya. Saat itu juga ada tetangga ku dan aku di depan rumahnya masing - masing dan kebetulan rumanya depan rumah ku dan melihat gadis itu dengan bengong. Saat itu lah terjadi pembicaraan yang saling membuat kami tertawa.

" huuust , lix siapa tuh. Haha liat langsung bengong aja.. :-D ." kata tetangga sambil tertawa.

"Hahaha. Ngga tau ... yang kulihat bapaknya, kok aku pernah kenal :-D :v .." kata ku juga sambil tertawa.

" hooh. Orang anaknya yang cantik kok yang diliatin bapaknya -_- :3 .." kata tetangga sambil ketawa terus diam memasang wajah -_- .
.
.
 . Hadeh lucu. Lucu. Lucu :D itulah enaknya jadi seorang jomblo. Saat melihat gadis banyak pun ga ada yang nglarang. Hehehe. Just kidding. Positive thinking.

Senin, 06 Juli 2015

My Life of My Journey on 06 th july 2015.

Tegarlah Untuk Bersabar Diri
Senin, 06 juli 2015

                Saat mentari datang di pagi hari ku yang malas untuk bangun pagi. Kini ku merasakan sakit di bagian kaki dan tangan ku yang kecapekan membantu orang tua, setiap aku bangun tidur. Walaupun hari – hari ku sepi tanpa penyemangat yang istimewa, aku pun tetap bersemangat. Semangat pagi ku tetap saja bertahan.
                Pagi yang dingin, mendinginkan kaki ku. Tetapi sebagian atas tubuh ku merasa panas.  Walaupun begini aku pun tetap saja berusaha untuk bangun dari ranjang tidurku. Setelah bangun dan cuci muka, aku pun berangkat. Saat aku bekerja membantu bapak ku , aku pun merasakan lelah di bagian pinggang dan punggung ku. Tetapi dalam hati ku paling dalam berkata “sabar dan tegarlah nantinya hanya dirimu sendiri yang tahu hasilnya. Walaupun tidak ada sesosok bidadari yang datang menyemangatimu , kamu tetap semangatlah. Semangat !!!” itulah bunyi sorak dalam hati kecilku.
                Pagi, siang dan kini pun berganti sore yang waktunya untuk pulang beristirahat. Aku pulang dan mandi , setelah itu aku berbaring sejenak untuk menejenakkan otot pinggang ku dan punggung ku yang kaku itu dapat lemas kembali. Sambil berbaring aku pun berfikir “inilah jasa seorang anak apalagi jasa menjadi seorang orang tua yang menahan sakit untuk mencukupi kebutuhan dalam keluarganya. Jika dalam keluarga itu bapak dan anak sakit , disitulah peran anda menjadi bapaknya. Disitu dalam keluarga anda sedang krisis ekonomi juga.  Apakah anda ingin berobat untuk diri sendiri? Dan Apakah anda akan berobat anak anda?” itulah pentanyaan di dalam hati ku yang membuatku tegar kembali. Lama kelamaan ibu ku membukakan pintu kamar ku.
                “Le, ni loh pentol sama kripik . adek mu nggak mau, mau nggak kamu?” kata ibu ku sambil membuka pintu kamarku.
                “nggak, mulut ku terasa pahit buk. Dan juga badan ku terasa sakit semua. Biarku pakai berbaring saja.” Kata ku sambil berbaring dalam keranjang kamarku.
                “yaudah , nanti biar di makan sama bapak mu.” Kata ibuku sambil menutup kembali pintu kamar ku.
                “ya buk.” Jawab ku kepada ibu ku.
                Aku  berbaring sambil mendengarkan instrumen kesukaan ku dari film kesukaan ku “you’re the apple of my eyes”. Sambil mendengarkan instrumen, diriku menjadi merasa iri pada teman – teman ku yag selalu di dampingi penyemangat khusus ( pacar), tetapi mereka malah berfikir yang kekanak kanakan, kadang juga buat mainan , kenapa kok ngga di buat motivasi dalam dirinya dan aku berfikir “kenapa banyak anak yang bersekolah Cuma sebagai identitas saja, kadang juga di pakai membolos. Padahal orang tua nya pun bersusah payah menyekolahkannya. Semoga anak – anak seperti itu akan sadar dengan kehidupannya yang sebenarnya.  
                Di keranjang kamarku yang hangat itu, aku sejenak untuk memejamkan mata ku sambil mendengarkan instrumen tadi. Tidak tahu, tiba - tiba mataku mengeluarkan air mata. Air mata ini mengalir  dan menetes pada bantal ku. Mungkin aku terlalu memikirkan selalu berusaha untuk bersabar dalam hidup ku yang tanpa penyemangat ini. Air mata yang mengalir dan menetes itu , aku husap.
                “hah, laki – laki cemen Lix felix. Sabar dan berusaha adalah sebagian dari usaha untuk kesuksesan mu esok. Dan juga jangan terpengaruh oleh wanita , wanita yang selalu membuat kamu sakit hati dan membuat mu hanya jatuh dalah tangga kesuksesan mu. Maka dari itu teruslah berjalan di tangga sukses mu.” Kata hati kecil ku sambil mengusapkan air mata di pipi kanan ku.
                Aku mulai bosan lama – kelamaan berbaring akhirnya dan aku beraktivitas untuk mengetik  sebuah cerpen ku.

To be continue........

Minggu, 05 Juli 2015

my life of my journey on my holiday.

Nasihat yang Membuat ku Berubah

        Setelah aktivitasku yang lalu mengurus adminitrasi pembayaran sekolah. Kini aku sekarang menikmati liburan yang sangat melelahkan dan membosankan. Aktivitas yang setiap harinya membantu pekerjaan orang tua. Perkerjaan orang tua yang tiap harinya bertani di sawah, pekerjaan ini membuatku lelah dan di samping itu ada dampak yang menguntungkan buatku. pekerjaan ini membuat kita lebih dewasa dan lebih pandai dalam mengatur ekonomi pribadi. Saat itu pulang membantu orang tua pun aku di beri uang saku yang sedang dan uang itu di suruh menghematnya seirit dan secukup mungkin. Disinilah aku mulai merasakan kedewasaan ku.

     saat itu mentari pagi yang bersinar mendahuli bangunku dari keranjang tidurku. Suara ibu ku yang saat itu berusaha tuk membangunkan ku untuk segera berangkat menyusul bapak di sawah.

   "Le ndang bangun, mentari dah tinggi itu loh !!" kata ibuku sambil membukakan jendela kamarku.

   "hem." kata ku sambil berbaring dan berganti arah dan menutupi kepalaku dengan sarung.
 
   "hooh, di bangunin kok malah berangkatr tidur lagi. ayoh dang bangun !!!" kata ibu ku sambil        memasang wajah marahnya.
 
   "ya." kata ku sambil berganti posisi tidurku dengan tengkurap.

   "terserah aja, nanti kalaudi marahi bapak mu biar tahu rasa kamu Le!" kata ibu yang meninggalkan    ku ke dapur.

   aku pun bangun dan mencuci wajah, setelah itu berganti pakaian khusus bekerja. Setelah itu, aku berangkat sambil bersepeda dan membawa tas yang berisi sarapan untuk bapak. Akhirnya aku datang di tempat tujuan ku dan bapak pun akhirnya bersarapan pagi juga. Setelah bapak sarapan aku pun bersiap untuk membantunya. Saat aku bekerja di samping bapak, bapak pun sempat berbincang - bincang dengan ku.

 "ya, banyak orang melihat dan orang itu akan senang jika melihat anaknya membantu bapaknya bekerja, pasti banyak orang terkagum." kata bapak sambil mengguyur bawang merah.

 "o, gitu pak ya." kata ku juga sambil mengguyur bawang merah.

 "saat remaja yang bermulai untuk berumah tangga dan saat remaja itu tidak dapat bekerja. Itulah yang menjadi sebuah pertanyaan nanti oleh istrinya. Tetapi beda dengan remaja yang sudah membiasakan dirinya berlatih bekerja , walaupun kerjanya hanya membantu orang tuanya. itu akan menjadi sebuah pengalaman pada diri seorang remaja itu. Apa kamu nanti ingin menjadi contoh remaja yang pengangguran ? " kata bapak ku.

 "ya , nggak pak. Pastinya aku juga ingin menjadi remaja yang tahu akan pekerjaan , agar kelak nanti dapat menghidupi rumah tangganya." jawab ku.

  " ya makanya sekarang bantu bapaknya dengan serius. ini juga hasilnya nanti untuk mencukupi kamu sekolah juga." kata bapakku.

    Bekerja sambil berbincang - bincang membuat tidak terasa bahwa waktu istirahat siang. Aku pun mencuci baju ku yang kotor dengan tanah liat di pompa air terdekat. setelah itu, pulang dan mandi di rumah. Aku pulang dengan mengayuh sepeda ku tadi dengan santai dan melihat awan sambil berfikir. "mungkin kelak aku akan membahagiakan mereka, kini ku tidak boleh berfikiran untuk lainnya. masak aku lemah gara - gara di hidupku gak ada penyemangat baru sih, hah itu ga pantas buat di fikirkan felix." fikirku sambil mengayuh sepeda. setelah sampai di rumah dan mandi aku pun tidur sebentar. sehabis itu, bangun lagi pada saat pukul 2 kadang juga pukul 3 sore, soalnya terkadang aku terasa capek dan males untuk bangun makanya nggak pasti saat aku bangun.  Setelah bangun dan menyusul, aku kembali bekerja dan semua aktivitrasku itu berakhir saat matahari mulai tenggelam.



    Itulah aktivitas ku selama ku selama liburan dan liburan yang sangat melahkan ini membuatku sakit ringan. Tetapi aku harus berusaha untuk kuat membantu semua usaha orang tua ku dan nasihat - nasihat yang di ucapkan bapak waktu bekerja membuatku untuk bersemangat. Disini aku mulai merubah sikap ku yang dulunya sering memikirkan masalah yang nggak pantas di fikirkan, sekarang aku hanya berfikir yang positif dan berusaha untuk tegar dan bersikap yang biasa saja, jika menghadapi masalah menjadi seorang remaja.

Thank's my father. You is my spirit and my councilman.

Kamis, 02 Juli 2015

my life of my journey on 2 july 2015

Aku Si kulit hitam manis

Saat aku beli pulsa di rumah tetangga ku. Banyak ibu ibu yang bertanya pada ku. Kata si ibu tetangga bahwa aku berkulit hitam manis.
.
."permisi.mau Beli pulsa buk ?" Kata ku dengan sopan.

"Ya." Kata ibu penjual pulsa.

"Sekarang berubah kamu dek Lix."kata buk ibuk yang lain.

"Hehehehe. Berubah gimana buk ?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Ganteng. Siapa pacarnya. Hehehe."kata ibuk tetangga sambil tersenyum.

"Hitam iya buk bukan ganteng hehehehe. Ga punya masih cari hehehe." Kata ku sambil tertawa juga.

"Hitam tapi kan hitam manis ga papa kaya lagu itu. Hehehe. Ya to."kata ibu tetangga.

.
.setelah bertanya ibuk ibuk itu pulang untuk bersiap beribadah di bulan rahmadhan.

Rabu, 01 Juli 2015

my life of my journey on 1 st july 2015, new stroy ( n't ever just at the moment)

Tak selamanya begitu
Rabu, 1 juli 2015



n't ever just at the moment

          Setelah beberapa minggu dari liburan ada waktu untuk masuk sekolah menyelesaikan daftar ulang untuk persiapan naik kelas baru.

Saat itu mentari yang cerah membangunkan aku dari jendela kamarku. Aku pun mandi untuk persiapan berangkat pagi untuk mengurusi permasalahan itu. Setelah mandi dan berkaca, motor merahkan ku yang biasa ku kendarai mengantarkan aku ke sekolah.

          Pagi yang cerah dengan suasana banyaknya adik kelas baru yang ingin mendaftarkan sekolah. Aku pun segera menuju ke ruang untuk daftar ulang, tetapi tak selancar cerita yang kalian duga. Aku telah melupakan satu pesyaratan yaitu membawa uang untuk uang pendaftaran. Akhirnya aku pulang dengan sangat kecewa harus mengulang besok. Tak lama aku pulang di rumah ada saudara ku yang ingin mendaftarkan ke SMA baru. Dia mengajak aku untuk menemaninya mendaftar ke sekolahan yang ia impikan.

          Dengan saudaraku memboncengku aku ingat dengan satu penyemangatku dulu lagi. Dia (elsa) saat ini apakah juga sibuk mencari sekolahan baru yang ia inginkan. Aku sangat tak percaya dengan kenyataan, bahwa dia mendapatkan danum yang sangat amatir itu. Tak lama aku memikirkan tak jelas seperti itu tadi, tujuan yang kita tuju sudah sampai.

           Aku menemani saudaraku  mendaftar hanya di luar ruangan, di karenakan ruangan penuh siswa. Tak lama aku duduk di depan kelas. Aku bertemu teman ku yang seangkatan lulus dengan ku waktu itu. Teman ku yang juga menemani adiknya mendaftar ke sekolahan ini. Temanku juga meninggalkan adiknya untuk daftar sendiri, dia memilih utuk menemaniku mengobrol sesuatu.

          Tak lama kami mengobrol, ada 3 gadis yang datang memarkir motornya di depan kelas yang aku duduki. Lalu gadis itu tak lama kemudian membuka helmnya dan turun dari motor. Tak kusangka itu adalah penyemangatku (elsa dengan 2 temannya).  Tetapi dengan respon dan perilaku yang berubah. Dulu yang bertemu langsung menyapa sekarang sebaliknya. Dulu memanggilku dan tersenyum tetapi sekarang hanya diam dan menutupi wajahnya dengan poni rambutnya. Perbuatan yang ia lakukan tak kusangkan, dia dapat berubah secepat itu. Aku yang kaget sambil menggelengkan kepala dan tersenyum melihatnya. Aku berfikir dan memandang elsa sambil merasa sangat bodoh melihat orang (elsa) yang dulu menyemangatiku dan sekarang hanya mengacuhkanku, ternyata tingkah yang elsa buat sekarang beda dengan elsa yang dulu. Mungkin hanya aku yang selalu memikirkan dia, padahal dia hanya menyampingkan ku. Aku yang lama kelamaan merubah sikap ku mulai dari dulu menyapa ia sekarang berusaha untuk melihatnya saja.

          Lama – kelamaan aku melamun sambil memandang ia berjalan menuju ruang pendaftran. Aku sadar memang hanya perasaanku yang sekarang hanyalah sia – sia. Perasaan yang ingin membahagiakan dan mengajaknya ia berlibur hanyalan sebuah mimpi. Tak lama kemudian aku mengajak teman ku mengobrol untuk berganti tempat. Agar dia tidak terasa malu melihatku, aku pun menghindar darinya.

          Jarum jam tangan ku yang terus berputar dan waktu semakin siang. Pendataran pun selesai aku pulang dengan di bonceng lagi sama saudaraku dan bareng bersama temenku tadi. Saat di bonceng aku sempat berfikir lagi (hidupku penuh dengan pemikiran) aku berfikir mungkin tidak selamanya semangat hanya dari satu orang itu, mungkin ada yang lebih baru lagi. Aku hanya mengatakan dalam hati “terima kasih atas semua yang engkau berikan elsa. Semua seperti lagu yang berjudul Tak Ada Yang Abadi.”.  saat itu aku berganti dengan penyemangat baruku yang aku kenal kini sudah ada beberapa bulan ini. Lama kelamaan pastinya aku kembali pulang ke rumah dan beristirahat.


          Hidup tak kan selamanya, kesenangan tak mungkin juga selamanya. Saat itu aku mulai merasa tidak ada sesosok wanita yang permanen menyemangatiku. Walaupun aku mempunya penyemangat baru. jadi janganlah diriku menangis batin dari permasalahan simple seperti itu.

my life of my journey on 19 th juny 2015

Liburan yang tak terlupakan.
Jum’at , 19 juni 2015

          Liburan semester pun sudah dimulai sekitar 2 hari sebelum peristiwa ini. Saat itu Adit mengajak aku pergi berlibur dari pada di rumah kita bosen dengan liburan. Dan saat itu aku mulai menemukan seseorang yang dapat menyemangati ku saat aku sedang sedih atau pun luka. Walaupun penyemangat ku yang sekarang itu bukanlah pasangan kasih sayang, tetapi aku dapat merasakan bahwa aku ingin memiliki dia untuk merasakan semangat dalam kasih sayang. Saat itu juga aku mau mengajak penyemangat ku yang  baru itu, tetapi dia sibuk dengan urusan ekstra di sekolahannya. Selain itu, aku juga mengajak Rizki dan Yudi untuk berlibut bersama aku dan Adit, tetapi mereka juga tidak mau dikarenakan malas untuk keluar rumah. Akhirnya aku pun melakukan berlibur itu sama satu sahabatku aja.

          Saat malam menjelang pagi dan kabut merah muncul di angkasa. Aku pun sudah terbangun akan kan ingin sekali berangkat untuk berlibur. Air yang dingin seperti air di kutub pun aku tekat untuk mandi. Walaupun kedinginan tetap aja, terasa hangat di karenakan semangat ku yang membara. Setelah memakai baju dan berhias, aku pun berangkat walaupun matahari masih malu di balik kabut merah tadi. Berangkat dengan mengebut aku kira saat itu waktu yang sangat seru untuk mengawali pagi yang indah ini.

          Bus, mobil, montor  tak menjadi masalah terhalang oleh ku, jika saat aku mengebut. Walaupun mengebut aku juga tetap mematuhi lampu rambu lalu lintas yang ada di jalan.

“huuuuuuuuu, dingin. Enxtrim ! walaupun dingin semangat felix !!!” sambil mengendarai motor dengan mengebut aku mengatakan seperti itu tadi.
          Setelah sampai di rumah Adit, tangan ku kedinginan dan gigi ku mengetuk – ngetuk.

“selamat pagi Dit?” sapa ku dengan santainya.

“ oke, lix. Duduk dulu . aku mau mandi dulu, tadi aku sms mungkin gak kamu balas.” Kata Adit sambil mencari handuknya di dekat ruang tamu.

“ya , hehehe. Masak naik motor suruh sms an Dit, hehehe.” Kata ku sambil tertawa ramah.

          Setelah Adit selesai mandi dan ku lihat matahari sudah muncul menyinari dunia ini. Ku kira rencana berlibur yang ingin melihat matahari terbit di pegunungan pun gagal, tetapi di samping rencana kita gagal. kita juga merencanakan untuk memotret pemandangan disana. Kami pun berangkat dengan rasa santai mengendari sepeda motor. Perjalanan untuk menuju pegunungan yang lumayan lama dan jalan yang extrim itu membuat ku semakin semangat. Di samping itu juga dapat melihat pemandangan di samping kanan kiri kaki bukit pegunungan. Beberapa menit kami sampai di tempat tujuan pertama yaitu di Air terjun.

“iisssst, eksotik Dit. Huuuuuuu!” kataku sambil mengagumi pemandangan.

“ya Lix. Kita santai disini dulu sambil menikmati pemandangan Air terjun dan berfoto di sini. Oke !!!” kata Adit sambil mengacungkan jempol nya.

          
pemandangan Air Terjun yang mengagumkan.

foto kami saat baru datang ke Air terjun



       Dinginnya suasana yang membuatku pusing dan menguap, membuatku bosan. Akhirnya kita tak lama kemudian setelah mengambil foto, kita berangkat mengendarai motor lagi. Tak aku duga saat di jalan juga ada kebun bunga mawar yang indah sekali. Aku dan Adit pun berhenti dan mengambil poto untuk kenangan yang indah.

“huuuu, istimewakan Dit. hampir saja kita melewati kebun yang indah ini dengan begitu saja. Coba aja pasti kecewakan Dit, hehehhehe” kata ku dengan mengacungkan jempol.

“ya, hampir saja kita kecewa. Andai kita berempat sama Rizki dan Yudi. Pasti seru, ya kan Lix?” kata Adit.

“ya, Dit.” kata ku.

           

foto kami saat pemandagan di kebun bunga mawar.


        Melihat kebun bunga yang indah ini, membuatku berfikir. Anda saja penyemangat ku yang baru aku ajak mau, pasti senang sekali. Sedangkan itu aku juga mengingat masa laluku, pastinya aku tak lupa siapa yang menyemangati ku waktu dulu, Elsa lah penyemangatku yang selalu teringat. Alangkah senangnya dia saat ku perlihatkan kebun seperti ini. Kenapa sekarang dia justru menjauh setelah UN yang ia lalui berakir dan kenapa aku tak dapat membalas kebaikan yang ia berikan pada ku dulu. Suara panggilan Adit yang manggilku untuk mengambil fotonya di kebun, membuatku sadar akan lamunan ku. Aku pun bergegas mengambil fotonya dan aku pun juga berfoto di kebun tersebut. Setelah itu, kami pulang dengan senang dan sudah terwujud untuk berlibut di pegunungan. Di perjalanan pulang kami tak lupa mengambil pemandangan di kaki bukit gunung.
 
foto pegunungan yang sangat indah.
Perjalanan pulang yang jauh dan lama membuatku ingat akan elsa lagi saat mengendarai motor.  Padahal dia sudah menjauh tetapi kenapa juga aku masih kefikiran dia. Semoga lain kali aku dapat mengajak dia berlibur dan membahagiakan atas budinya yeng telah menyemangatiku.


          Setelah sampai di rumah Adit, aku beristirahat beberapa menit dan setelah itu aku pulang untuk membantu orang tua ku yang kerja di sawah nanti. Aku tak akan lupa akan peritiwa ini teman dan selalu ku ingat. Selain itu aku juga akan menambahkan peritiwa ini kedalam kumpulan cerpen ku, kawan. Thank’s to my friendship for all happy time.