Cerpen "Terserah Kau katakan Aku Sampah"

Malam dimana masa masa aku di usia remaja. Sungguh nian asyik aku bercanda tawa. Setidaknya ulasan ku untuk kilas kisah dalam buku cerita ini aku bisa ukir kembali. Namun jarum jam mulai bertambah cepat berputar. Dimana di sertai ujian yang seperti badai tiba tiba menerjang rumah yang berpondasi bambu yang bertali. Setidaknya ku pernah serajin itu dan mengapa di tahun tahun ini seperti tidak pernah puas dalam perjalanan ku. 

"Pena berhenti" ujar ku sambil menulis buku harian.

Aku merasa jurnal ku tidak susai dengan kenyataan ini. Bahkan aku ingin kembali tanpa hanya mengenang jurnal. Dimana seharusnya perjuangan mu tidak sekecewa ini. Dimana usaha dan niatku menjadi seorang hamba seperti kecewa. Sebelumnya aku sadar jika terkadang aku tidak bisa sesabar orang lain. Setidaknya lagi untuk mengintovert diri sendiri. Namun aku juga prihatin dengan semua ini.

"Hei bangun lah. Ini tampaknya sudah pagi dirimu untuk bangun kawan !" Tiba tiba aku teringat dengan suara teman ku yang saat itu membangunkan ku dari pekerjaanku. Saat badan ini mulai lelah dan dimana jam sudah tak berlaku di kamus kecil ku. Dimana suatu malam menjadi siang dan bahkan tidur hanya ada di malam hari. 

"Apalah sudah aku rela kau ucap kan aku seburuk apa. Mungkin diri mu tak merasakan panasnya mata ku. Pedihnya bahkan keluar air . Kau tau ini tidak semudah saat dirimu membangun kan ku." Ucap ku seolah marah saat ada teman kerja ku berusaha mengganggu ku untuk istirahat saat kerja.

"Sudahlah kawan. Tetap semangat usia mu bahkan lebih muda dari aku. Seharusnya dirimu itu lebih semangat. Lihat aku apakah perjalanan hidup ku juga sama dengan mu. Dirimu enak kau fikir aku ini enak. Dirimulah yang harusnya bertambah syukur pada Tuhan. Bangun dan lihatlah aku!" Ujar teman ku seolah juga kesal pada dirinya sendiri. Nasibnya bahkan lebih parah dariku dimana di usir dari rumah yang selama ia bangun mulai dari dia muda saat dimana pernikahan dini itu menghanguskan segalanya. Dimana maut orang ketiga bagi keharmonisan suatu keluarga. Anak adalah korban dari orang ketiga.

"Kau pikir aku tidak lelah biarkan aku begini dulu. Nanti semisal aku sudah reda letih ku aku akan bangun dan membantu mu lagi. Aku hanya ingin break dulu. Tidak lebih sudah jangan dari mana mana kau mencari omongan." Ujar ku dengan mata yang amat mengantuk. Dari peristiwa ini aku ingat semua bahwa didalam negeriku nominal uang berwarna biru dan bertambah uang berwarna hijau itu di dapatkan dalam waktu 10 jam.

Bahkan kaum buruh adalah pusat dari permainan para orang bertopi mirip koboy yang selalu keliling menarik pajak perdamaian.

"Apa kau ingat aku ini lebih bahagia dari mu. " Ujar teman ku.

"Bangun lah semangat. Walau kita kaum buruh kita akan tau bahwa kebahagiaan lahir dari kepahitannya kehidupan." Ujar teman ku buruh saat dimana panas siang hari.Ilustrasi: malam tengah hari dengan instrumen ini cerita berjalan dalam alur asa ku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 perbedaan anak remaja sekarang dengan anak remaja jaman dulu

perbedaan ikan air dangkal dengan ikan air dalam

Tinta Dalam Doa . This is poerty by Cahyon Elix's