BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mempelajari
kehidupan manusia, tidak terlepaas dari manusia itu sendiri. Bagaimana muncul
dan terjadinya sebuah kebudayaan dalam kehidupan manusia yang beraneka ragam
mewarnai penelitian sejarah manusia.
Pembagian ruang lingkup sejarah terbagi dua, yaitu: Masa prasejarah dan Sejarah. Masa prasejarah dibatasi dengan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Sedangkan masa Sejarah adalah : Masa dimana manusia sudah mengenal tulisan.
Penelitian kehidupan masa prasejarah menjadi sangat menarik karena belum adanya kepastian dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli purbakala. Para peneliti selalu mencoba mencari, menemukan, dan meniliti, agar dapat menemukan jawaban atas apa yang mereka cari. Berbagai tempat didatangi dalam usaha peneitian tersebut termasuk sangiran.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan Study Tour atau Studi Lapangan ke situs prasejarah Sangiran yang dilaksanakan setiap awal perkuliahan untuk semester gasal (pertama). Kegiatan ini dilakukan untuk menambah rasa kecintaan terhadp sejarah manusia, khususnya budaya bangsa. Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong rasa ingin tahui mahsiswa Jurusan Pendidikan Sejarah untuk melakukan pengamatan atau penelitian terhadap tempat-tempat prasejarah khususnya museum situs prasejarah Sangiran. Situs Sangiran merupkan situs manusia purba terlengkap didunia dan menjadi situs prasejarah dunia. Kehadiran Sangirn dpat mnggambarkan kehidupan manusia dan benda-benda sekitarnya pada masa lampau. Di Sangiran ditemukan fosil-fosil tengkorak yang dapat menggambarkan evolusi asal usul manusia, sperti terlihat dengan adanya tengkorak Australopithecus Africanus, Pithecantropus Erectus, Pithecantropus Soloensis, dan Homo Sapien (Manusia Wajak). Tidak hanya fosil manusia pra sejarah fosil-fosil binatang laut dan darat hingga benda purbakala seperti Flakes dapat ditemukan di Sangiran.
Atas dasar keunikan Sangiran inilah yang membuat makalah ini diberi judul”Sangiran Pembuka Tabir Kehidupan”. Situs prasejarah Sangiran membuktikan serta meberi informasi bahwa adanya kehidupan pada masa lampau serta menunjukan bahwa kebudayaan pada masa lampau telah memiliki peradaban yang tinggi khususnya bangsa Indonesia.
Pembagian ruang lingkup sejarah terbagi dua, yaitu: Masa prasejarah dan Sejarah. Masa prasejarah dibatasi dengan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Sedangkan masa Sejarah adalah : Masa dimana manusia sudah mengenal tulisan.
Penelitian kehidupan masa prasejarah menjadi sangat menarik karena belum adanya kepastian dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan para ahli purbakala. Para peneliti selalu mencoba mencari, menemukan, dan meniliti, agar dapat menemukan jawaban atas apa yang mereka cari. Berbagai tempat didatangi dalam usaha peneitian tersebut termasuk sangiran.
Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan Study Tour atau Studi Lapangan ke situs prasejarah Sangiran yang dilaksanakan setiap awal perkuliahan untuk semester gasal (pertama). Kegiatan ini dilakukan untuk menambah rasa kecintaan terhadp sejarah manusia, khususnya budaya bangsa. Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong rasa ingin tahui mahsiswa Jurusan Pendidikan Sejarah untuk melakukan pengamatan atau penelitian terhadap tempat-tempat prasejarah khususnya museum situs prasejarah Sangiran. Situs Sangiran merupkan situs manusia purba terlengkap didunia dan menjadi situs prasejarah dunia. Kehadiran Sangirn dpat mnggambarkan kehidupan manusia dan benda-benda sekitarnya pada masa lampau. Di Sangiran ditemukan fosil-fosil tengkorak yang dapat menggambarkan evolusi asal usul manusia, sperti terlihat dengan adanya tengkorak Australopithecus Africanus, Pithecantropus Erectus, Pithecantropus Soloensis, dan Homo Sapien (Manusia Wajak). Tidak hanya fosil manusia pra sejarah fosil-fosil binatang laut dan darat hingga benda purbakala seperti Flakes dapat ditemukan di Sangiran.
Atas dasar keunikan Sangiran inilah yang membuat makalah ini diberi judul”Sangiran Pembuka Tabir Kehidupan”. Situs prasejarah Sangiran membuktikan serta meberi informasi bahwa adanya kehidupan pada masa lampau serta menunjukan bahwa kebudayaan pada masa lampau telah memiliki peradaban yang tinggi khususnya bangsa Indonesia.
I.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang dapat dirumukan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini. Beberapa masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Penjelasan
tentang musium sangiran
2.
Sejarah
evolusi manusia / sejarah perkembangan kehidupan dari zaman ke zaman
3.
Tahap
evolusi stratigrafi / urutan terjadinya lapisan batuan sangiran
4.
Peta
geologis daerah sangiran
I.3 TUJUAN
PENULISAN
a.
Untuk menjelaskan sejarah berdirinya Sangiran
b. Untuk menjelaskan penemu-penemu situs Sangiran
c. Untuk dapat menjelaskan pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di museum sangiran
d. Untuk menjelaskan sumbangan sangiran bagi ilmu pengetahuan
e. Untuk menjelaskan proses terjadinya manusia
b. Untuk menjelaskan penemu-penemu situs Sangiran
c. Untuk dapat menjelaskan pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di museum sangiran
d. Untuk menjelaskan sumbangan sangiran bagi ilmu pengetahuan
e. Untuk menjelaskan proses terjadinya manusia
1.4. MANFAAT
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas laporan dari kegiatan StudyTour yang diadakan
oleh mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma. Diharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi pelajar, selain sebagai bahan bacaan pribadi, dapat
juga menambah wawasan tentang kehidupan prasejarah.
Bagi para sejarawan juga dapat menjadikan makalah ini sebagai tambahan referensi., selain itu juga dapat dijadikan koleksi kepustakaan tentang prasejarah ,yang dapat digunakan sewaktu – waktu.
Bagi para sejarawan juga dapat menjadikan makalah ini sebagai tambahan referensi., selain itu juga dapat dijadikan koleksi kepustakaan tentang prasejarah ,yang dapat digunakan sewaktu – waktu.
BAB
II
PEMBAHASAN
MATERI
2.1 Museum Sangiran
gapura depan museum sangiran |
Sangiran merupakan salah satu situs yang dapat memberikan
gambaran dan pemahaman tentang proses evolusi manusia, budaya dan lingkungannya
selama dua juta tahun tanpa terputus. Pada tahun 1996, situs ini ditetapkan
sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
bukti dari UNESCO |
Temuan fosil manusia purba terkenal dari Sangiran adalah Homo erectus, yang mempunyai
rentang waktu 1,5 juta tahun hingga 0,3 juta tahun yang lalu. Homo erectus adalah manusia sejati yang telah
berjalan tegak. Spesies ini menduduki posisi penting dalam evolusi manusia
karena merupakan pendahulu langsung dari manusia modern saat ini, Homo
sapiens. Di Indonesia, fosil-fosil Homo
erectus ditemukan di areal
Situs Sangiran seluas 56 kilometer persegi sejak tahun 1936 hingga kini.
Pada awalnya Museum Sangiran dibangun di atas tanah
seluas 1.00 m² yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Museum yang
representative baru dibangun pada tahun 1980.
pemandangan di dalam museum |
Sejak menjadi warisan dunia, pelestarian dan pengembangan
Situs Sangiran mengalami kemajuan. Upaya awal sempat terhambat karena
terjadinya krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun 2002
semangat membangun Situs Sangiran menggeliat kembali dan pembuatan rencana
induk tersebut selesai pada tahun 2004.
Empat kluster dipilih untuk
pengembangan kawasan, yaitu Krikilan sebagai pusat pengunjung dengan Ngebung,
Bukuran dan Dayu sebagai satelit-satelitnya. Saat ini baru Museum Manusia Purba
Sangiran atau popular disebut Museum Sangiran di kluster Krikilan telah rampung
dan diresmikan pada tanggal 15 Desember 2011.
Pendirian museum ini dimaksudkan
untuk memahami evolusi manusia, budaya dan lingkungan purba paling tidak sejak
2,4 juta tahun silam. Museum ini menyajikan berbagai informasi tentang evolusi
alam semesta, bumi, dan makhluk yang ada di dalamnya sejak awal pembentukan
hingga actual saat ini.
fosil - fosil |
Sajian pameran di dalam museum dibagi menjadi tiga
segmen, yaitu ruang pamer
Kekayaan Sangiran, ruang pamer Langkah-langkah Kemanusiaan, dan ruang diorama Masa Keemasan Homo erectus. Ruang pamer Kekayaan Sangiran menyuguhkan informasi mengenai evolusi
dari inti sel tunggal hingga manusia dan binatang. Koleksi yang dipamerkan
adalah fosil binatang purba dan manusia purba. Fosil temuan ditempatkan dalam
diorama sehingga terkesan lebih menarik. Diorama kehidupan Homo erectus di Sangiran lengkap dengan panel
informasinya menjadi primadona di ruangan ini.
kehidupan mausia purba |
Ruang pamer Langkah-langkah Kemanusiaan diisi ruang audio visual mengenai sistem tata surya, pengenalan planet
bumi, evolusi menuju makhluk manusia, sejarah dan tokoh besar evolusi, proses
migrasi manusia, penemuan jejak evolusi manusia, perintis museum Sangiran,
sejarah geologi kepulauan Nusantara, hadirnya manusia Homo erectus pertama kali di Nusantara, dan
berbagai kegiatan ekskavasi.
Ruang pamer Masa Keemasan Homo erectus menyajikan situasi Situs Sangiran di zaman keemasannya
pada sekitar 500.000 tahun yang lalu. Ruang ini dilengkapi diorama raksasa
berdiameter 24 meter dengan tinggi 12 meter tentang kehidupan sehari-hari Homo erectus. Ada juga
manekin rekonstruksi Homo
erectus S17 dan Homo florensiensis yang canggih karena tampak alamiah.
perubahan dari zaman ke zaman |
Artefak masterpiece dari Sangiran adalah fosil tengkorak Homo erectus yang disebut Sangiran 17 (S17).
Sebutan tersebut berdasarkan nomor seri penemuan. Wujudnya berupa atap
tengkorak, dasar tengkorak, dan muka yang semuanya masih terawetkan secara
baik. Cetakan fosil ini telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, sementara
cetakan aslinya disimpan di Bandung.
2.2 Sejarah Evolusi manusia perkembangan kehidupan
dari zaman ke zaman
perubahan dari zaman ke zaman |
Dalam hal penemuan fosil manusia purba, indonesia menempati posisi yangpenting,
sebab fosil- fosil manusia purba yang di temukan di indonesia berasal dari kala
pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan fisik manusia purba tersebut .
manusia- manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Pithecanthropus
Fosil
pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang palingbanyak ditemukan di
Indonesia. Fosil pithecanthropus berasal dari pleistosen lapisan bawah dan
tengah . mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan . mereka
sudan makan segalanya, tetap makanannya beum dimasak. Pithecanthropus terdiri
dari
a. Pithecanthropus Erectus
Fosil ini ditemukan oleh Eugine Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada
tahun 1890 berasal dari lapisan pleitosen tengah. Mereka hidup sekitar satu
juta sampai satu setengah juta tahun yanglalu.
Ciri- ciri
Pithecanthropus erectus adalah:
·
berjalan tegak dan badan tegap
·
memiliki alat pengunyah yang kuat.
·
Volume otak mencapai 900cc.
b. Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil pithecanthropus mojokertensis ditemukan oleh koenigswald di desa
perning, lembah Bengawan Solo Mojokerto, jawa timur pada lapisan bawah
pleistosen bawah. Temuan tersebut berupa fosil anak- anak berusia sekitar 5
tahun. Mahluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang
lalu.
Ciri- ciri
Pithecanthropus Mojokertensis:
·
berbadan tegap
·
tukang muka menonjol ke depan
·
kening tebal
·
tulang pipi kuat
evolusi manusia purba |
c. Pithecanthropus Robustus
Fosil ini ditemukan oleh weidenreich dan Von koenigswald pada tahun 1939 di
Trinil, lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan pleistosen bawah.
Von koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan pithecanthropus
Mojokertensis.
2. Meganthropus Paleojavanicus
Fosil meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran,
lembah Bengawan Solo pada tahun 1936 – 1941. fosil ini berasal dari lapisan
pleistosen bawah. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus Paleojavanicus
sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan besar.
Ciri- ciri Meganthropus Paleojavanicus :
·
memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan
kuat
·
hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food
gathering)
·
makanan utamanya tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan
3. Homo Soloensis
Fosil homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan
Sambung Macan, Sragen, oleh Ter haar, Oppenoorth, dan Von koenigswald pada
tahun 1931- 1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo soloensis di perkirakan
hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai
1300cc.
Menurut Von koenigswald mahluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
dengan Pithecanthropus erectus. Diperkirakan juga mahluk ini merupakan evolusi dari pithecanthropus
mojokertensis. Oleh sebagian ahli, homo soloensis digolongkan dengan homo
neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis homo sapiens dari Asia,
Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen atas.
4. Homo Wajakensis
Fosil homo wajakensis ditemukan oleh Van Reischoten pada tahun 1889 di desa
Wajak, Tulungagung.fosil ini kemudian diteliti oleh eugene Dubois. Temuan fosil
ini merupakan temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari
Indonesia. Manusia purba jenis ini hidup antara 40.000-25.000 tahun yang lalu
pada lapisanpleitosen atas. Apabila dibandingkan jenis sebelumnya, homo
wajakensis menunjukan kemajuan.
Ciri- ciri
homo wajakensis:
·
mempunyai tinggi sekitar 130 – 210 cm
·
berat badan antara 30 -150 kg
·
volume otak nya mencapai 1300 cc
2.3
Tahap Evolusi Stratigrafi / Urutan Kejadian Lapisan Batuan di Sangiran
PROSES TERBENTUKNYA SANGIRAN
Situs
Sangiran merupakan daerah perbukitan yang mencakup kawasan seluas 32 km² dengan
bentangan arah dari utara ke selatan kurang lebih 8 km dan dari barat ke timur
kurang lebih 4 km². Daerah ini meliputi 12 kelurahan di 4 kecamatan, yaitu
kecamatan kalijember, gemolong, plupuh, dan godangrejo. Daerah sangiran
memiliki sebuah sungai yang membelah daerah tersebut daerah tersebut menjadi
dua , dikenal dangan nama kali cemara yang bermuara di bengawan solo.
Pada awalnya sangiran merupakan lautan dangkal. Pada saat itu keadaan bumi masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan endogen. Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga endogen (dari dalam bumi) terjadi pengankatan dan pelipatan pada permukaan laut sangiran. Akibat dn pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.
Saat terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut menyusut, itu disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara. Maka muncullah daratan-daratan di permukaan bumi. Danau dan rawa sangiran yang terbentuk dari lautan dangkal juga menjadi daratan kering.
Proses pembentukan situs sangiran erat kaitannya dengan aktivitas gunung lawu tua. Kubah sangiran diperkirakan terbentuk akibat gaya kompresi dari runtuhan gunung Lawu tua, gaya endogen berupa pengakatan dan pelipatan tanah serta gaya gravitasi bumi. Gaya kompresi yang sama juga menyebabkan terbentuknya kubah-kubah lain seperti: Kubah Gemolong, Kubah Gamping, Kubah Bringinan, Kubah Gesingan, daN Kubah Munggur.
Tenaga endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan permukan tanah di sangiran naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan membentuk bukit. Kemudian karena aktivitas gunung lawu membuat tanah perbukitan longsor dan membentuk kubah, tanah di sekitar sungai cemarapun ikut longsor. Akibat dari hal tersebut, terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah permukaan. Lapisan tanah yang terbentuk adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hsil dari terbentuknya tanah sangiran membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar menemukan bukti-bukti kehidupan masa prasejarah. Higga kini lapisan tanah (stratigrafi) yang dapat ditemukan dan diteliti terdapat 4 lapis.
Situs sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batu gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur dengan Lumpur saat masa halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri dari campuran lempung, pasir, kerikil, dan krakal dengan ketebalan kurang lebih 2 meter yang dapat terlihat di sungai cemara. Sungai cemara yang mengalir didaerah sangiran merupakan sungai anteseden yang menyayat kubah sangiran. Hal ini menyebabkan struktur kubah dan stratifigrafi tanah daerah sangiran dapat dipelajari dengan baik.
Tersingkapnya tanah di tepi sungai cemara menunjukan aktivitas erosi dan sedimentasi yang intensif pada masa sekarang. Proses erosi tersebut mengakibatkan munculnya fosil-fosil binatang maupun manusia purba di permukaan tanah sehingga sering ditemukan fosil-fosil setelah turun hujan.
Akibat dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan sedimentasi yang tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan tanah sangiran, sehingga lapisan tanah sangiran terbagi dari 4 lapisan berbeda yang dapat menggambarkan kehidupan pada masing-masing zamannya.
Pada awalnya sangiran merupakan lautan dangkal. Pada saat itu keadaan bumi masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan endogen. Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga endogen (dari dalam bumi) terjadi pengankatan dan pelipatan pada permukaan laut sangiran. Akibat dn pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.
Saat terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut menyusut, itu disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara. Maka muncullah daratan-daratan di permukaan bumi. Danau dan rawa sangiran yang terbentuk dari lautan dangkal juga menjadi daratan kering.
Proses pembentukan situs sangiran erat kaitannya dengan aktivitas gunung lawu tua. Kubah sangiran diperkirakan terbentuk akibat gaya kompresi dari runtuhan gunung Lawu tua, gaya endogen berupa pengakatan dan pelipatan tanah serta gaya gravitasi bumi. Gaya kompresi yang sama juga menyebabkan terbentuknya kubah-kubah lain seperti: Kubah Gemolong, Kubah Gamping, Kubah Bringinan, Kubah Gesingan, daN Kubah Munggur.
Tenaga endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan permukan tanah di sangiran naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan membentuk bukit. Kemudian karena aktivitas gunung lawu membuat tanah perbukitan longsor dan membentuk kubah, tanah di sekitar sungai cemarapun ikut longsor. Akibat dari hal tersebut, terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah permukaan. Lapisan tanah yang terbentuk adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hsil dari terbentuknya tanah sangiran membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar menemukan bukti-bukti kehidupan masa prasejarah. Higga kini lapisan tanah (stratigrafi) yang dapat ditemukan dan diteliti terdapat 4 lapis.
Situs sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batu gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur dengan Lumpur saat masa halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri dari campuran lempung, pasir, kerikil, dan krakal dengan ketebalan kurang lebih 2 meter yang dapat terlihat di sungai cemara. Sungai cemara yang mengalir didaerah sangiran merupakan sungai anteseden yang menyayat kubah sangiran. Hal ini menyebabkan struktur kubah dan stratifigrafi tanah daerah sangiran dapat dipelajari dengan baik.
Tersingkapnya tanah di tepi sungai cemara menunjukan aktivitas erosi dan sedimentasi yang intensif pada masa sekarang. Proses erosi tersebut mengakibatkan munculnya fosil-fosil binatang maupun manusia purba di permukaan tanah sehingga sering ditemukan fosil-fosil setelah turun hujan.
Akibat dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan sedimentasi yang tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan tanah sangiran, sehingga lapisan tanah sangiran terbagi dari 4 lapisan berbeda yang dapat menggambarkan kehidupan pada masing-masing zamannya.
1. Formasi
Kalibeng
Formasi
kalibeng merupakan endapan tertua di kubah sangiran, terdiri dari batu Napal
Pasiran warna abu-abu kehitaman dan disisipi bau gamping balanus dan korbikula.
Ketebalan formasi kalibeng lebih dari 130 meter, kandungan fosilnya antara lain foraminifera, molusca laut. Dismaping itu juga banyak ditemukan gastropoda dan molusca air payau, ini menunjukan bahwa lingkungan pengendapannya adalah air payau (peralihan antara air asin dan air tawar). Makin keatas lapisan tersebut berubah menjadi semakin pasiran.
Mengandung ostrea berkulit tebal yang menunjukaan organisme ini hidup di pinggir laut.
Lapisan berfasies pasiran diatas ditutupi oleh batu gamping balanus. Hewan ini hidup dizona anatar laut pasang dan surut. Sehingga dapat diperkirakan batu gamping ini diendapkan di lingkunagn tersebut. Lapisan teratas terdapat batu pasir yang mengandung korbuline, yaitu paleoypoda yang sering hidup di air tawar. Daru urutan fasies tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada waktu pengendapannya berbagai lapisan tersbut yaitu formasi kalibeng mengalami susut laut (regresi) berubah menjadi daratan.
Ketebalan formasi kalibeng lebih dari 130 meter, kandungan fosilnya antara lain foraminifera, molusca laut. Dismaping itu juga banyak ditemukan gastropoda dan molusca air payau, ini menunjukan bahwa lingkungan pengendapannya adalah air payau (peralihan antara air asin dan air tawar). Makin keatas lapisan tersebut berubah menjadi semakin pasiran.
Mengandung ostrea berkulit tebal yang menunjukaan organisme ini hidup di pinggir laut.
Lapisan berfasies pasiran diatas ditutupi oleh batu gamping balanus. Hewan ini hidup dizona anatar laut pasang dan surut. Sehingga dapat diperkirakan batu gamping ini diendapkan di lingkunagn tersebut. Lapisan teratas terdapat batu pasir yang mengandung korbuline, yaitu paleoypoda yang sering hidup di air tawar. Daru urutan fasies tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada waktu pengendapannya berbagai lapisan tersbut yaitu formasi kalibeng mengalami susut laut (regresi) berubah menjadi daratan.
2. Formasi
Pucangan
Formasi Pucangan terjadi pada kala pleistosen bawah, berumur sekitar 700.000-1.800.000 tahun yang lalu. Dua pasies pokok yang terdapat pada formasi ini adalah pasies batu lempung hitam laut dan pasies breksi yang terdiri dari vulkanik tufaan sampai pasiran. Pada pasies ini banyak ditemukan fosil vertebrata. Fragmen batuan berupa batu pasir gampingan dari formasi kalibeng jug dijumpai pada pasies breksi kalibeng bagian bawah. Keadaan ini menunjukan bahwa formasi kalibeng. Susunan tanah menurut J. Duyfjes, dari atas sampai kebawah sebagai berikut:
Formasi Pucangan terjadi pada kala pleistosen bawah, berumur sekitar 700.000-1.800.000 tahun yang lalu. Dua pasies pokok yang terdapat pada formasi ini adalah pasies batu lempung hitam laut dan pasies breksi yang terdiri dari vulkanik tufaan sampai pasiran. Pada pasies ini banyak ditemukan fosil vertebrata. Fragmen batuan berupa batu pasir gampingan dari formasi kalibeng jug dijumpai pada pasies breksi kalibeng bagian bawah. Keadaan ini menunjukan bahwa formasi kalibeng. Susunan tanah menurut J. Duyfjes, dari atas sampai kebawah sebagai berikut:
•
Endapan batu pasir tufaan setebal 35 meter.
• Batu pasir tufaan yang mengandung tanah liat dan napal yang berisis kerang laut setebal 10 meter.
• Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 meter.
• Batu pasir kasar, konglomerat atau batu adesit setebal 100 meter. Pada lapisan ini ditemukan fosil Pithecantropus (homo erectus).
• Endapan batu pasir tufaan dengan diselingi batu lempung.
• Napal dan batu pasir tufaan yang mengandung lempung dan molusca laut setebal 25 meter.
• Batu pasir tufaan yang mengandung tanah liat dan napal yang berisis kerang laut setebal 10 meter.
• Lapisan lempung berwarna kehijauan setebal 5 meter.
• Batu pasir kasar, konglomerat atau batu adesit setebal 100 meter. Pada lapisan ini ditemukan fosil Pithecantropus (homo erectus).
• Endapan batu pasir tufaan dengan diselingi batu lempung.
• Napal dan batu pasir tufaan yang mengandung lempung dan molusca laut setebal 25 meter.
Pada
formasi pucangan fosil tengkorak Pithecantropus Erectus, kemudian ditemukan
juga fosil tengkorak Megantropus Paleojavanicus. Asosiasi hewan lain yang hidup
berdampingan dengan kedua manusia purba tersebut adalah gajah, penyu, ikan hiu,
badak, dll.
3. Formasi Kabuh
Endapan
kala plastosen tengan terkenal dengan nama formasi kabuh. Formasi ini
memperlihatkan endapan yang berasal dari gunung Lawu tua,berupa: batu tufa,
batu pasir, dan konglomerat. Ketebalan formasi sangat bervariasi antara 10-16
meter. Formasi kabuh ini merupakan lapisan tanah yang terjadi pada kala
plastosen tengah berumur skitar 125.000-700.000 tahun yang lalu.
Alat-alat dari batu telah ditemukan pada formasi ini. Dengan ditemukan alat-alat batu tersbut menunjukan bahwa pithecanthropus pada saat itu sudag mengenal alat-alat perburuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Formasi kabuh terdiri dari spesies fluviatil yang terdiri dari batu pasir dengan struktur silang-siur dan konglemaratrt. Formasi kabuh ini terletak di atas formasi pucangan secara tidak selaras.
Alat-alat dari batu telah ditemukan pada formasi ini. Dengan ditemukan alat-alat batu tersbut menunjukan bahwa pithecanthropus pada saat itu sudag mengenal alat-alat perburuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Formasi kabuh terdiri dari spesies fluviatil yang terdiri dari batu pasir dengan struktur silang-siur dan konglemaratrt. Formasi kabuh ini terletak di atas formasi pucangan secara tidak selaras.
4.Formasi
Notopuro
Formasi Notopuro adalah lapisan tanah dikala plastosen atas yang berumur 10.000-125.000 tahun yang lalu. Formasi Notopuro adalah lapisan yang terbentuk oleh endapan lahar dan terdiri atas breksi andesit dan konglomerat. Pada formasi ini dijumpai Frakmen dari mineral kaledon, kaursa susu, carnelian, agate, kerikil andesit, tufa dan pasiran yang merupakan penyusun utama dari breksiden konglomerat. Pada endapan kerikil banyak ditemukn serpih bilah, yaitu alat pada tingkat perkembangan menjadi konglomerat dan batu pasir silang siur dengan ketebalan sekitar 2-45 meter tersebut menunjukan bahwa kala plastosen akhir telah terjadi banjir lahar yang besar.
Formasi Notopuro adalah lapisan tanah dikala plastosen atas yang berumur 10.000-125.000 tahun yang lalu. Formasi Notopuro adalah lapisan yang terbentuk oleh endapan lahar dan terdiri atas breksi andesit dan konglomerat. Pada formasi ini dijumpai Frakmen dari mineral kaledon, kaursa susu, carnelian, agate, kerikil andesit, tufa dan pasiran yang merupakan penyusun utama dari breksiden konglomerat. Pada endapan kerikil banyak ditemukn serpih bilah, yaitu alat pada tingkat perkembangan menjadi konglomerat dan batu pasir silang siur dengan ketebalan sekitar 2-45 meter tersebut menunjukan bahwa kala plastosen akhir telah terjadi banjir lahar yang besar.
2.4 Peta geologis di
Sangiran
BABIII
PENUTUP
PENUTUP
III.1
KESIMPULAN
Bertolak
dari uraian terdahulu ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai kesimpulan
dari penulisan makalah ini.
Ø Situs Sangiran
pada awalnya merupakan laut dangkal dan daerah payau kemudian terjadi proses
pengangkatan dan pelipatan lapisan tanah.
Ø Di Sangiran di temukan Fosil-fosil manusia purba yang merupakan gambaran evolusi asal-usul manusia, seperti di ketemukannya fosil Australopithecus Africanus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecantrophus Erectus, Pithecantrophus Soloensis dan Homo Sapiens (Manusia Wajak).
Ø Sangiran memberi sumbangan yang sangat besar bagi ilmu pengetahuan dimana Sangiran merupakan obyek penelitian bagi semua level pendidikan, terutama bagi para mahasiswa yang mengambil jurusan sejarah dan arkeolog. Dengan adanya fosil-fosil tersebut di sangiran, maka pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melindungi situs sangiran.
Ø Di Sangiran di temukan Fosil-fosil manusia purba yang merupakan gambaran evolusi asal-usul manusia, seperti di ketemukannya fosil Australopithecus Africanus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecantrophus Erectus, Pithecantrophus Soloensis dan Homo Sapiens (Manusia Wajak).
Ø Sangiran memberi sumbangan yang sangat besar bagi ilmu pengetahuan dimana Sangiran merupakan obyek penelitian bagi semua level pendidikan, terutama bagi para mahasiswa yang mengambil jurusan sejarah dan arkeolog. Dengan adanya fosil-fosil tersebut di sangiran, maka pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melindungi situs sangiran.
Daftar
Pustaka
Poesponegoro,
Marwati D. 1981. Sejarah Nasional Indonesia I. Cetakan I. Jakarta:
Depdiknas.
Santosa, Hery. 2000. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Tjiptadi, Rusmulia. et al. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba
Beserta Situsnya. Koperasi Museum Sangiran.
Depdiknas.
Santosa, Hery. 2000. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Tjiptadi, Rusmulia. et al. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba
Beserta Situsnya. Koperasi Museum Sangiran.
website : www.fvas38.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar