Hampir
Putus Semangat ku !!!
Saat Ujian Nasional tingkat SMP
selesai, pastinya aku akan merencanakan sekolahku yang akan ku tempati untuk
belajar selanjutnya ketingkat SMA. Tetapi disini aku hampir putus semangat. Hal itu disebabkan
dari tekanan keras bapak ku untuk berhenti di tingkat SMP saja. Kemauan bapakku
yang seperti itu disebabkan banyak anak di desa ku yang lulus SMA itu
pengangguran. Maka dari itu bapaku memutuskan aku untuk berhenti sampai di
tingkat SMP dan dilanjutkan bertani saja di sawah untuk modal dewasa nanti.
“bagaimana
pak ini kan ujian sudah selesai aku melanjutkan ke SMK apa ke SMA?” tanya ku
pada bapak sambil merayu , agar aku dipilihkan sekolah yang bermutu.
“gak
usah di terusin aja lebih baik sekolahmu. Sekarang coba kamu fikirkan ya! Di
desa kita itu banyak anak yang lulus SMA dan SMK tuh pada pengangguran. Dari
pada sekolah buang – buang dana kan percuma. Lebih baik kamu bertani saja sama
bapak. Nanti uangnya buat tabungan bikin rumah mu nanti jika kamu sudah
dewasa.” Jawab bapak ku yang memutuskan dengan keras.
“hoalah
pak! masak sampai segini perjuanganku sekolah? Setiap anak tuh berbeda – beda
nasibnya. Asalkan aku tekun pasti aku
bisa nggak kaya mereka?” kataku ke bapak dengan wajah yang melas.
Bapak ku pun tidak menjawab
pertanyaan ku dan tidak mendengarkan penjelasanku tadi. Esoknya aku pergi ke
sekolah untuk mencari informasi tentang danum ku yang sudah keluar atau belum.
Di sekolah banyak bapak dan ibu guru bertanya kepada muridnya, mereka bertanya
tentang sekolah yang di pilih masing – masing siswa. Termasuk aku juga yang
ditanya oleh wali kelasku dan bapak ibu guru lainnya.
“felix
mau nerusin kemana nanti untuk tingkat SMA?” tanya bu Ertiana.
“nggak
nerus bu L .” jawab ku dengan wajah murung dan sedih.
“loh,
la kenapa felix?” tanya bu Ertiana dengan wajah kagetnya.
“kata
bapak disuruh kerja ke sawah saja. Sebab nanti tabungan dari kerja itu bisa
buat kebutuhan ku waktu aku dewasa nanti.” Jawabku dengan wajah sedih dan hatinya
hancur.
“oh,
begitu. Kamu nggak menyesal nanti, kalau temen – temen mu semua jadi orang –
orang terpilih, rapi, dan cerdas. Setiap hari kerjanya terjamin dan nggak
begitu keras untuk menjalaninya.” Kata Bu Ertiana dengan terus menyemangatiku.
“tetapi
bu. Bapak ku sudah memutuskan permasalahan itu dengan keras. Bahwa aku sudah
nggak di terusin di tingkat SMA.” Jawabku sambil tangan ku mengelus – elus ke
kepalaku.
Setelah lama berbincang – bincang
dengan Bu guru ku tadi. Aku ganti duduk di depan ruang perpustakaan. Saat aku
duduk, aku pun di panggil sama wali kelas ku Pak Lamiran yang duduk – duduk
bersama guru lain.
“Lix,
kemari bapak mau tanya sesuatu?” panggil pak Lamiran kepada ku.
“ya
pak.” kataku sambil ku berjalan menuju ke tempat Pak Lamiran duduk.
“ini
kursi, silahkan duduk dulu.”kata Pak Lamiran sambil memberi kursi untuk aku
duduk.
“ya,
pak makasih.” Ucapku pada pak Lamiran sambil menerima kursi dan mendudukinya.
“bagaimana? katanya Bu Ertiana kamu nggak nerusin
sekolah.” Kata Pak Lamiran sambil
memegang pundak ku.
“
ya. Begitulah pak. bapak sudah memutuskan bahwa aku tidak bersekolah lagi.”
Kataku .
“oooo.
Begitu !! kiranya mau ke SMA atau ke SMK toh cita – cita kamu?” tanya pak
Lamiran.
“mau
ke SMA 3 pak , sama ibu di suruh disana saja.” Kata ku dengan ramah pada pak
Lamiran.
“oh.
Ya , kamu harus bisa merayu bapak mu,
agar kamu bisa meneruskan sekolahmu nanti ya.” Kata pak Lamiran dengan
tersenyum.
“
ya. Sudah pak mohon maaf , saya mau pulang dulu.” Kata ku sambil senyum dan
bersalaman pada pak Lamiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar