Selasa, 09 Juni 2015

my life of my journey, on juny 10, 2015

Hampir Putus Semangat ku !!!

            Saat Ujian Nasional tingkat SMP selesai, pastinya aku akan merencanakan sekolahku yang akan ku tempati untuk belajar selanjutnya ketingkat SMA. Tetapi disini aku  hampir putus semangat. Hal itu disebabkan dari tekanan keras bapak ku untuk berhenti di tingkat SMP saja. Kemauan bapakku yang seperti itu disebabkan banyak anak di desa ku yang lulus SMA itu pengangguran. Maka dari itu bapaku memutuskan aku untuk berhenti sampai di tingkat SMP dan dilanjutkan bertani saja di sawah untuk modal dewasa nanti.

“bagaimana pak ini kan ujian sudah selesai aku melanjutkan ke SMK apa ke SMA?” tanya ku pada bapak sambil merayu , agar aku dipilihkan sekolah yang bermutu.

“gak usah di terusin aja lebih baik sekolahmu. Sekarang coba kamu fikirkan ya! Di desa kita itu banyak anak yang lulus SMA dan SMK tuh pada pengangguran. Dari pada sekolah buang – buang dana kan percuma. Lebih baik kamu bertani saja sama bapak. Nanti uangnya buat tabungan bikin rumah mu nanti jika kamu sudah dewasa.” Jawab bapak ku yang memutuskan dengan keras.

“hoalah pak! masak sampai segini perjuanganku sekolah? Setiap anak tuh berbeda – beda nasibnya. Asalkan aku tekun pasti  aku bisa nggak kaya mereka?” kataku ke bapak dengan wajah yang melas.

            Bapak ku pun tidak menjawab pertanyaan ku dan tidak mendengarkan penjelasanku tadi. Esoknya aku pergi ke sekolah untuk mencari informasi tentang danum ku yang sudah keluar atau belum. Di sekolah banyak bapak dan ibu guru bertanya kepada muridnya, mereka bertanya tentang sekolah yang di pilih masing – masing siswa. Termasuk aku juga yang ditanya oleh wali kelasku dan bapak ibu guru lainnya.

“felix mau nerusin kemana nanti untuk tingkat SMA?” tanya bu Ertiana.
“nggak nerus bu L .” jawab ku dengan wajah murung dan sedih.
“loh, la kenapa felix?” tanya bu Ertiana dengan wajah kagetnya.
“kata bapak disuruh kerja ke sawah saja. Sebab nanti tabungan dari kerja itu bisa buat kebutuhan ku waktu aku dewasa nanti.” Jawabku dengan wajah sedih dan hatinya hancur.
“oh, begitu. Kamu nggak menyesal nanti, kalau temen – temen mu semua jadi orang – orang terpilih, rapi, dan cerdas. Setiap hari kerjanya terjamin dan nggak begitu keras untuk menjalaninya.” Kata Bu Ertiana dengan terus menyemangatiku.
“tetapi bu. Bapak ku sudah memutuskan permasalahan itu dengan keras. Bahwa aku sudah nggak di terusin di tingkat SMA.” Jawabku sambil tangan ku mengelus – elus ke kepalaku.

            Setelah lama berbincang – bincang dengan Bu guru ku tadi. Aku ganti duduk di depan ruang perpustakaan. Saat aku duduk, aku pun di panggil sama wali kelas ku Pak Lamiran yang duduk – duduk bersama guru lain.

“Lix, kemari bapak mau tanya sesuatu?” panggil pak Lamiran kepada ku.
“ya pak.” kataku sambil ku berjalan menuju ke tempat Pak Lamiran duduk.
“ini kursi, silahkan duduk dulu.”kata Pak Lamiran sambil memberi kursi untuk aku duduk.
“ya, pak makasih.” Ucapku pada pak Lamiran sambil menerima kursi dan mendudukinya.
“bagaimana?  katanya Bu Ertiana kamu nggak nerusin sekolah.” Kata Pak  Lamiran sambil memegang pundak ku.
“ ya. Begitulah pak. bapak sudah memutuskan bahwa aku tidak bersekolah lagi.” Kataku .
“oooo. Begitu !! kiranya mau ke SMA atau ke SMK toh cita – cita kamu?” tanya pak Lamiran.
“mau ke SMA 3 pak , sama ibu di suruh disana saja.” Kata ku dengan ramah pada pak Lamiran.
“oh. Ya , kamu harus bisa merayu  bapak mu, agar kamu bisa meneruskan sekolahmu nanti ya.” Kata pak Lamiran dengan tersenyum.
“ ya. Sudah pak mohon maaf , saya mau pulang dulu.” Kata ku sambil senyum dan bersalaman pada pak Lamiran.

             Aku pun pulang ke rumah, sorenya aku waktu aku pulang dari sawah. Aku pun di panggil oleh teman bapak ku, untuk nanti sore berkunjung ke rumahnya.  Katanya ada  hal penting yang mau di bicarakan. Setelah itu, aku mandi dan bergegas untuk pergi ke rumah teman bapakku. Setelah disana aku di beritahu olehnya, bahwa kemarin bapak sudah di semangati oleh temean bapakku dan aku boleh sekolah dan juga setiap pulang sekolah aku di suruh membantu bapak bekerja di sawah, agar bapakku terasa tidak kesepian saat di sawah yang menyelesaikan pekerjaannya . Aku pun senang sekali dan bahagia, karena kisah ku sebagai pelajar masih bisa terwujud. Disini aku merasakan bahwa permasalahan yang serius itu perlu di hadapi dengan sabar.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar